Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Satu Kampung di Sukabumi 30 Jam Terisolasi Banjir, Warga: Tiap Tahun Begini, Tak Ada Solusi...

Kompas.com - 26/10/2021, 15:54 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sekitar 30 jam warga Kampung Cipangkalan, Desa Bunisari, Kecamatan Tegalbuleud, Sukabumi, Jawa Barat, terisolasi akibat banjir luapan aliran sungai Cibuni dan Cikaso.

Banjir luapan sungai ini dipicu hujan dengan intensitas lebat yang berlangsung selama dua hari terakhir ini, Minggu (24/10/2021) malam hingga Senin (25/10/2021) siang.

Baca juga: Wilayah Tegalbuleud Sukabumi Terendam Banjir Luapan Sungai

"Hampir 30 jam kami terisolasi enggak bisa keluar kampung. Karena semua akses jalan terendam banjir, termasuk jalan setapak," ungkap seorang warga, Dede Surahman (44), dihubungi Kompas.com, Selasa (26/10/2021).

"Sekarang kami bisa keluar kampung atau ke jalan raya nasional, tapi melalui jalan alternatif. Kalau jalan utama masih belum surut," sambung dia.

Baca juga: Cerita Warga Saat Banjir hingga 80 Cm Terjang Permukimannya di Pekanbaru, Ada yang Tetap Jualan hingga Minta Bantuan Pemerintah

Puluhan tahun banjir tiap musim hujan, tak ada solusi

Menurut Dede, banjir luapan sungai ini sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, hingga saat ini belum ada jalan keluar atau solusi yang berpihak pada masyarakat.

Banjir yang berlangsung setiap musim hujan ini mengakibatkan lahan persawahan seratusan hektar hancur. Bahkan, sering terjadi gagal panen.

Baca juga: SD-nya Kebanjiran, Siswa dan Guru Tetap Masuk Sekolah, Ada yang Panjat Pagar, Ada yang Digendong...

Selain itu, rumah-rumah di permukiman banyak yang terendam. Akses jalan penghubung ke jalan raya dan jalan setapak juga ikut terendam. Belum lagi jembatan-jembatan kecil terbawa hanyut.

"Seingat saya banjir ini mulai terjadi saat saya masih sekolah di SMP tahun 1990-an," ujar Dede.

"Saat itu saya sering tidak masuk sekolah karena jalan terendam banjir, dan tidak ada akses jalan lain karena sawah juga terendam," sambung dia.

Dede mengakui banjir tahun ini sepertinya lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Karena banjir kali ini baru awal musim hujan belum puncaknya.

"Tahun lalu kami terisolasi hampir sepekan. Saat itu bulan November," kata Dede yang juga sehari-hari mengelola sawah.

Warga sumbang pemikiran solusi banjir tahunan

Dede sangat berharap kepada pemerintahan setempat, Pemkab Sukabumi atau Pemprov Jawa Barat hingga pemerintah pusat secepatnya menemukan solusi.

Karena dia menilai banjir luapan sungai tersebut setiap tahunnya semakin tambah  parah.

"Pasti harus ada solusinya. Pemerintah harus mengkaji guna mendapatkan solusi yang tepat," harap tokoh pemuda Tegalbuleud itu.

Dede pun menyumbangkan pemikirannya. Di antaranya bisa dibangunkan bendungan, pelebaran,  dan pengerukan pendangkalan sungai. Atau bisa juga dibangunkan muara buatan yang tembus ke laut.

"Atau bisa ketiga opsi tadi dilakukan sekaligus. Bangun bendungan di hulu sungai, pelebaran dan pengerukan sungan maupun dibuatkan muara buatan," tutur Dede.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Banjir Bandang di Lebong Sampaikan Keluhan di Depan Bupati

Korban Banjir Bandang di Lebong Sampaikan Keluhan di Depan Bupati

Regional
3 Bulan Tidak Ditahan, 2 Tersangka Penambangan Ilegal di Lahan Transmigrasi Nunukan Segera Dieksekusi

3 Bulan Tidak Ditahan, 2 Tersangka Penambangan Ilegal di Lahan Transmigrasi Nunukan Segera Dieksekusi

Regional
Vokalis Red Hot Chili Peppers Berlibur di Mentawai, Surfing hingga Nikmati Tarian Khas

Vokalis Red Hot Chili Peppers Berlibur di Mentawai, Surfing hingga Nikmati Tarian Khas

Regional
Teka-teki Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar, Terduga Pelaku Diduga Orang Terdekat

Teka-teki Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar, Terduga Pelaku Diduga Orang Terdekat

Regional
Tertutup Longsor, Akses Jalan Dua Desa di Sikka Putus Total

Tertutup Longsor, Akses Jalan Dua Desa di Sikka Putus Total

Regional
Harga Bawang Merah Melonjak di Banda Aceh, Sentuh Rp 70.000 Per Kg

Harga Bawang Merah Melonjak di Banda Aceh, Sentuh Rp 70.000 Per Kg

Regional
Elpiji 3 Kg Langka, Pemkab Kendal Minta Tambah Pasokan dan Bakal Sidak Restoran

Elpiji 3 Kg Langka, Pemkab Kendal Minta Tambah Pasokan dan Bakal Sidak Restoran

Regional
Selamatkan Anak yang Tercebur Sumur, Ayah di Purworejo Tewas

Selamatkan Anak yang Tercebur Sumur, Ayah di Purworejo Tewas

Regional
Puskesmas Tak Ada Ambulans, Polisi di NTT Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan ke RS Pakai Mobil Dobel Gardan

Puskesmas Tak Ada Ambulans, Polisi di NTT Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan ke RS Pakai Mobil Dobel Gardan

Regional
Ditinggal Melaut, Rumah Kayu di Nunukan Ludes Terbakar

Ditinggal Melaut, Rumah Kayu di Nunukan Ludes Terbakar

Regional
Sungai Cisangu di Lebak Meluap, Ratusan Rumah Terendam

Sungai Cisangu di Lebak Meluap, Ratusan Rumah Terendam

Regional
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Kecelakaan Bus ALS di Agam

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Kecelakaan Bus ALS di Agam

Regional
Dukung Gebyar BBI/BBWI Riau 2024, Menhub Beri Bantuan 'Buy The Service' ke Pemprov Riau

Dukung Gebyar BBI/BBWI Riau 2024, Menhub Beri Bantuan "Buy The Service" ke Pemprov Riau

Regional
Pergerakan Wisatawan di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Meningkat, tapi Lama Tinggal Menurun

Pergerakan Wisatawan di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Meningkat, tapi Lama Tinggal Menurun

Regional
Kades di Magelang Jadi Tersangka Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Rugikan Negara Rp 924 Juta

Kades di Magelang Jadi Tersangka Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Rugikan Negara Rp 924 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com