KOMPAS.com - Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri, putri Presiden Pertama RI akan menjalani ritual pindah agama dari Islam ke Hindu di Kawasan Sukarno Heritage Bale Agung Singaraja, Buleleng, Bali, Selasa (26/10/2021).
Ritual tersebut akan dilakukan bertepatan dengan ulang tahun ke-70 perempuan yang akrab dipanggil Sukmawati Soekarnoputri.
Sukmawati adalah anak keempat Presiden RI pertama, Soekarno dengan Fatmawati atau adik dari Presiden Indoneisa yang kelima yakni Megawat Soekarnoputri.
Ia lahir di Jakarta pada 26 Oktober 1952 dengan nama lengkap Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri.
Baca juga: Sukmawati Soekarnoputri Akan Jalani Ritual Pindah Agama Hindu di Buleleng Bali
Pada tahun 1964, ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Rakyat. Kemudian melanjutkan sekolah di Akademi Tari dan lulus tahun 1974.
Di usia 23, Sukmawati menikah dengan Pangeran Sujiwa Kusuma dari Mangkunegaran dan memiliki dua anak. Sayangnya pernikahan mereka tak berlangsung lama dan memutuskan untuk bercerai.
Sukmati kemudian menikah dengan Muhammad Hilmy dan memiliki seorang anak. Hilmy meninggal dunia karena sakit di Jakarta pada Senin (29/10/2018).
Pada tahun 1998, Sukmawati kembali membangkitkan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dulu dibentuk oleh sang ayah, Soekarno pada tahum 1927.
Baca juga: Massa Demo di Depan Mabes Polri, Minta Polisi Proses Sukmawati hingga Gus Muwafiq
PNI yang dibangkitkan kembali oleh Sukmawati diberi nama PNI Soepeni. Partai tersebut kemudian berganti menjadi PNI marhaenisme dan Sukmawati dipilih menjadi ketua umum.
Dikutip dari Tribunnews.com, pada 2011, Sukmawati menuliskan kesaksian sejarah terkait kehidupannya selama 15 tahun di Istana Merdeka dalam sebuah buku berjudul ‘Creeping Coup D’Tat Mayjen Suharto’.
Dalam buku tersebut, Sukmawati menceritakan tentang kehidupannya sejak lahir di Istana Merdeka hingga usianya menginjak remaja.
Menurut Sukmawati, saat itu Pangkostrad Mayjen Soeharto beserta anggota militer lainnya menggunakan Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk menggulingkan Presiden Soekarno dan mengantarkannya menjadi presiden.
Tidak hanya terjun ke dunia politik, Sukmawati juga merupakan pegiat seni.
Baca juga: Kata Sejumlah Tokoh yang Hadir di Reuni 212 soal Dugaan Penistaan Agama Sukmawati
Puisi tersebut menjadi kontroversi karena dianggap mengandung unsur penistaan agama yaitu membandingkan azan dan kidung serta cadar dengan konde.