SURABAYA, KOMPAS.com - Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) telah menjalankan misi "Madura Sadar Covid-19" atau yang dikenal Marco-19 selama satu bulan di 12 pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
RSTKA berlayar mengunjungi pulau-pulau kecil dan wilayah terluar di kepulauan Sumenep, Madura untuk mengedukasi warga tentang Covid-19 mulai 4 September hingga 4 Oktober 2021.
Sebanyak 12 pulau yang dikunjungi itu, yakni Pulau Sapudi, Pulau Raas, Pulau Kangean Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean Kecamatan Kangayan, Pulau Payerungan Besar, dan Pulau Pagerungan Kecil.
Baca juga: Bupati Pamekasan Bubarkan Vaksinasi dengan Cara Penyekatan Jalan, Sempat Didesak Ormas
RSTKA kemudian berlayar menuju Pulau Sapeken, Pulau Sepanjang Tanjung Kiaok, Pulau Gili Genting, Pulau Raja, Pulau Iyang, dan daratan Sumenep.
Selama satu bulan penuh, awak RSTKA yang terdiri dari 25 tenaga kesehatan dan enam awak kapal telah memberikan layanan kesehatan dan memberikan vaksinasi kepada 3.000 warga di 12 pulau tersebut.
Selain memberikan pelayanan kesehatan, RSTKA juga melakukan riset tentang pemahaman warga terhadap adanya Covid-19.
Baca juga: Usai Pandemi Covid-19, RSLI Surabaya Akan Jadi RS Pusat Otak, Jantung, dan Kanker
Direktur RSTKA dr Agus Harianto mengatakan, perlu kesabaran ekstra untuk bisa mempersuasi masyarakat di Madura yang sudah tercemar oleh informasi hoaks.
Oleh karena itu, para dokter dan relawan harus lebih dulu mendengarkan apa yang menjadi pegangan di masyarakat, terlebih soal Covid-19.
"Yang pertama kita mesti harus sabar. Harus mau mendengar. Karena di dalam berkomunikasi, sebagian besar orang itu lebih suka menyampaikan pikirannya dulu, pendapatnya, perasaannya dulu, dari pada mendengar," kata Agus kepada Kompas.com, Jumat (15/10/2021).
Dengan lebih banyak mendengarkan, kata Agus, para dokter dan relawan akan lebih mudah untuk membangun dialog dan mempersuasi masyarakat.
Menurut Agus, dialog dengan masyarakat itu bisa dilakukan secara situasional, yakni secara berkelompok maupun secara individu. Cara ini masing-masing punya keuntungan dan kerugian.
"Tapi kalau misalnya sebagian besar masih menolak, itu mungkin pendekatannya harus mengarah ke individual. Prinsipnya sama, mendengar dulu, dialog, baru persuasi. Kalau dalam bahasa Madura, persuasi ini ngalak ateh (ambil hati)," ucap Agus.
Upaya untuk menyadarkan masyarakat kepulauan tentang bahaya Covid-19 dan pentingnya vaksinasi ini tidak bisa dilakukan sendiri.
Baca juga: Hasil Asesmen Kemenkes, 34 Daerah di Jatim Masuk Level 1, Tersisa 4 Daerah di Level 2
Berdasarkan pengalaman para dokter dan relawan RSTKA Unair, cara-cara persuasif kepada masyarakat kepulauan harus pula melibatkan stakeholder, seperti camat, kapolsek, danramil, dan sebagainya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.