Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pria Difabel di Mamasa, Jadi Pandai Besi demi Nafkahi Istri dan 8 Anaknya

Kompas.com - 21/09/2021, 13:53 WIB
Junaedi,
Dony Aprian

Tim Redaksi

MAMASA, KOMPAS.com – Sulitnya perekonomian sejak pandemi Covid-19 tidak membuat seorang pria difabel di Desa Salumokanan, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Martinus (57) menyerah pada keadaan.

Kendati harus merangkak lantaran kakinya lumpuh sejak kecil, pria paruh baya ini terus berjuang dan bekerja sebagai pandai besi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Sudah 30 tahun lebih, Martinus mengisi hari-harinya dengan bekerja sebagai pandai besi.

Baca juga: Desanya Dikunjungi Jokowi, Pandai Besi Bernama Joko Widodo Ini Dapat Kenang-kenangan dari Presiden

Walau usianya terbilang tidak lagi muda lagi, Martinus harus menguras tenaga untuk membakar dan membentuk lempengan besi tua menjadi parang agar menjadi produk bernilai jual tinggi.

“Bahan bakunya susah. Kalau ada lempengan besi ya kerja, tapi kalau tidak ada ya menganggur lagi,” kata Martinus seraya memulai perbincangan dengan Kompas.com, Selasa (21/9/2021).

Kendati penghasilan yang diperoleh dari hasil membuat parang tidak seberapa, Martinus tidak punya pilihan lantaran sulitnya mendapat pekerjaan lain.

Kaki Martinus lumpuh lantaran terjadi benturan saat bermain sepak bola bersama teman-teman sekolahnya.

Karena keterbatasan biaya dan jarak, Martinus saat itu tidak memeriksakan kondisi kakinya ke rumah sakit.

“Dulu waktu main bola di sekolah terlibat benturan dnegan teman hingga luka parah. Terus terang saya tidak pernah ke rumah sakit atau ke dokter karena masalah biaya, terus rumah juga cukup jauh dari kota," kata Martinus.

Baca juga: Kisah Pandai Besi Ciptakan Pisau Khusus untuk Sembelih Hewan Kurban

Martinus sejak saat itu mulai kesulitan beraktivitas. Ia terpaksa merangkak dengan bantuan kedua tangannya agar dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Saat ditemui di workshop yang sederhana, Martinus mengaku dalam sehari mampu menghasilkan tiga buah parang atau pisau.

Setiap parang produksinya biasa dijual seharga Rp 70.000 sampai Rp 100.000, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan.

Namun, terkadang tidak ada parang yang bisa dibuat Martinus karena kesulitan mendapatkan bahan baku.

Terkadang bahan baku lempengan besi tua ia dapatkan dari pemberian tetangganya.

Meski hidup dalam kondisi keterbatasan, Martinus selalu bersyukur atas nikmat dan anugerah yang diberikan oleh sang khalik.

Pasalnya, sampai saat ini masih bisa memberikan nafkah untuk istri dan delapan anaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com