WAINGAPU, KOMPAS.com – Sebagian besar masyarakat Desa Napu, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih takut menerima vaksin Covid-19.
Ketua Kader Posyandu Desa Napu, Rambu May Ata Ronu mengatakan, ketakutan warga terhadap vaksin Covid-19 merupakan buntut dari isu-isu hoaks yang tidak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.
“Lebih banyak yang takut (divaksin) daripada kami yang ikut vaksin. Karena (mereka melihat warga) setelah divaksin, ada yang sampai sakit, demam, dan panas tinggi. Jadi, mereka yang belum vaksin jadi takut,” kata Rambu kepada wartawan di Kampung Napu, Sabtu (4/9/2021).
“Tambah lagi isu-isu yang bilang setelah vaksin, besoknya sakit sampai meninggal. Akhirnya tidak ada lagi yang mau vaksin,” imbuh Rambu.
Baca juga: Ibu dan Anak Tewas akibat Banjir Bandang di NTT, Suami Masih Hilang
Masyarakat yang takut terhadap vaksin Covid-19 di wilayah tersebut meliputi sejumlah lansia dan orang-orang muda.
Menurut Rambu, sejauh ini masyarakat belum mendapatkan penjelasan secara klinis tentang manfaat dan informasi lain terkait vaksin Covid-19.
“Kami di desa waktu vaksin itu tidak pernah ada dari kesehatan (tim medis) untuk sosialisasi terkait manfaat vaksin (Covid-19),” tutur Rambu.
Ia meyakini, apabila ada sosialisasi terkait vaksin Covid-19 pasti lebih banyak masyarakat mau divaksin.
Baca juga: 208 PMI Tiba di NTT, Dideportasi dari Malaysia karena Tak Miliki Dokumen
Sebab, sebagian besar masyarakat masih percaya bahwa vaksin sangat berbahaya terhadap semua jenis penyakit yang ada pada manusia.
“Coba kalau dari kesehatan (tim medis) sosialisasi mengenai vaksin ini, efeknya seperti apa, penyakit apa yang tidak bisa ikut, pasti masyarakat mau (divaksin). Kan selama ini tidak ada sosialisasi tentang itu," jelas Rambu.
Adapun, Desa Napu termasuk dalam wilayah pelayanan Puskesmas Rambangaru, Kecamatan Haharu, Sumba Timur.
Ketakutan warga desa
Kepala Desa Napu, Hendrik Hamba Pulu membenarkan tentang sebagian besar masyarakat desa tersebut yang takut divaksin.
“Ada juga masyarakat yang takut karena ada isu bahwa (orang) yang sudah vaksin ada yang sakit bahkan ada yang mati,” kata Hendrik.
Ia menyebutkan, sejauh ini vaksinasi sudah digelar dua kali terhadap masyarakat di desa yang terdiri dari dua dusun tersebut.