Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapur Wajib Ngebul, Perjuangan Mantan Sopir Taksi Jadi Perajin Lampu Hias

Kompas.com - 02/09/2021, 08:10 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Sudah setahun lebih sejak pandemi Covid-19 menyerang, Lili Suherli (55) menekuni usaha kerajinan lampu hias berbahan pipa paralon.

Sebelumnya, sejak 2008, pria berusia setengah abad ini bekerja sebagai sopir taksi di Jakarta.

Lili memutuskan meninggalkan pekerjaannya yang sudah dijalani selama 12 tahun di Ibukota itu karena pendapatannya terus merosot.

“Awal pandemi, di Jakarta situasi sangat tidak menentu, pendapatan anjlok. Dari biasanya sehari dapat Rp 700.000, turun drastis jadi Rp 200.000,” kata Lili kepada Kompas.com, Rabu (1/9/2021).

Baca juga: Strategi Petani Cianjur Mengolah Umbi Porang Menjadi Chips

Namun, sejak memutuskan pulang ke kampung halamannya untuk berkumpul dengan istri dan ketiga anaknya, Lili mengaku bingung hendak berbuat apa.

“Sementara dapur harus tetap ngebul. Tapi, saat itu belum terpikir mau usaha apa,” ujar warga Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini.

Dalam kondisi tak bekerja dan tidak berpenghasilan itu, Lili mengisi waktu senggang dengan membuat hiasan lampu dari limbah pipa paralon yang terbuang di belakang rumahnya.

“Waktu itu iseng saja bikin beberapa untuk dipajang di rumah. Tapi oleh istri malah difoto dan dijadikan status WA (WhatsApp), diposting juga di Facebook,” ucap Lili.

Sejak saat itu, lampu hias Lili mulai dikenal secara luas.

Satu per satu pesanan berdatangan, terutama dari kalangan kerabat dan orang-orang terdekat.

Baca juga: Cerita Petani Porang di Cianjur, Raup Untung Besar Saat Panen

Lili menjual hasil kreasinya itu seharga Rp 100.000 - Rp 300.000.

Dengan kisaran harga tersebut, ia mampu meraup omzet hingga Rp 7 juta per bulan.

“Kalau soal harga, itu tergantung ukuran dan tingkat kesulitan di pengerjaannya,” ujar Lili.

Kini, Lili memutuskan untuk serius dalam usaha kerajinan lampu hias dari bahan pipa polyvinyl chloride (PVC) tersebut.

Untuk mengoptimalkan hasil pekerjaannya, ia membekali diri dengan sejumlah peralatan tukang seperti gergaji ukir, bor, grider atau alat pahat hingga kompresor.

“Sejak itu ya ditekuni sampai sekarang. Alhamdulilah, pesanan selalu ada saja, meski ya kadang naik turun,” ujar dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com