BANDUNG, KOMPAS.com - Menjalankan kehidupan hybrid selama pandemi Covid-19 menjadi hal lumrah.
Kehidupan ini dinilai mampu mencegah penularan Covid-19. Namun harus diingat, masyarakat perlu waspada kehidupan hybrid bisa berdampak negatif pada kesehatan.
“Gaya hidup sehat di era hybrid ini telah menjadi keniscayaan,” ujar Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Siska Wiramihardja dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (26/8/2021).
Baca juga: Ketika CEO Zoom Kelelahan Rapat Online Akibat Zoom Fatigue
Siska menjelaskan, gaya hidup sehat sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan hybrid. Ini bertujuan untuk mencegah berbagai dampak negatif, seperti zoom fatigue dan obesitas.
Dalam menjalani kehidupan hybrid, seseorang biasanya kurang beraktivitas fisik sehingga dapat meningkatkan berat badan.
Banyak orang yang bekerja sambil duduk bahkan rebahan, ditambah kudapan yang kurang sehat. Gaya hidup tidak sehat ini dapat berdampak pada peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT).
“Pandemi Covid-19 ini meningkatkan kasus obesitas,” kata Siska.
Baca juga: Pakar Unair: Penderita Obesitas Hindari Asal Minum Vitamin D Saat Pandemi
Obesitas, sambung Siska, dapat meningkatkan risiko kesehatan, salah satunya risiko infeksi Covid-19.
Jika terpapar infeksi Covid-19, orang dengan obesitas berisiko memiliki gejala yang lebih parah dibanding mereka yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal.
Untuk itu, Siska mengatakan bahwa sangat penting untuk mencapai berat badan ideal.
“Bagaimana caranya? Tentu dengan menjalankan gaya hidup sehat, mengatur pola makan yang tepat, dan meningkatkan aktivitas fisik,” beber dia.