SEMARANG, KOMPAS.com - Dalam tiga hari terakhir, secara berturut-turut, Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 menyatakan Jawa Tengah menjadi daerah dengan tingkat kematian harian tertinggi.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membenarkan adanya kenaikan kematian pasien Covid-19.
Namun, dia menyatakan, jumlahnya tidak sebesar yang disampaikan Satgas Covid-19.
Baca juga: UPDATE 16 Agustus: Sebaran 1.245 Kasus Kematian Covid-19, Jateng Masih Tertinggi
Tingginya angka kematian orang yang terkonfirmasi terjangkit virus corona di Jawa Tengah, kata Ganjar, akibat keterlambatan data masuk ke sistem pemerintah pusat.
"Beberapa memang ada data delay. Yang delay-delay diinject itu sekarang tinggal keputusan saja. Maka saya sampaikan kepada mereka yang mengurus termasuk dari pusat kita statement saja ini data mau diapakan," kata Ganjar di Puri Gedeh, Senin (16/8/2021).
Ganjar tidak menrinci selisih data sebenarnya menurutnya dengan data yang disampaikan Satgas Covid-19.
Baca juga: Jateng Kini Lewati Jatim, Ini 15 Provinsi dengan Kasus Kematian Covid-19 Tertinggi
Dia hanya mengatakan perbaikan data angka kematian terus dilakukan, termasuk jika ada kasus pasien yang terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya.
"Karena ternyata kita juga menemukan ada orang yang umpama dia positif sudah negatif terus positif lagi ini dihitung satu ada dua orang. Padahal orangnya satu. Nah yang gini ini harus diperbaiki," ujarnya.
Baca juga: UPDATE 15 Agustus: Sebaran 20.813 Kasus Baru Covid-19, Tertinggi di Jateng
Ganjar juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memperbaiki data.
"Ternyata yang dibutuhkan fitting data. Kabupaten atau kota mengeluhkan 'Pak datanya tidak segitu'. Kita menyiapkan fitting data dengan pemerintah pusat dan daerah. Kita minta untuk diperbaiki. Kita coba kemarin buat perbandingan data kasus yang ada dari pusat (dengan) corona.jatengprov.go.id, website kabupaten kota ternyata beda-beda," ucapnya.