KOMPAS.com - Melalui seleksi panjang dan melelahkan, Kristina, siswi kelas 11 asal SMAN 1 Mamasa, Sulawesi Barat, lolos sebagai peringkat pertama anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Ia seharusnya mewakili Sulbar ke Istana Negara pada puncak HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2021.
Namun, impiannya gagal. Hasil swab pertama yang menyebutkan ia positif Covid-19 menjadi dasar keputusan Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Barat menganulir namanya.
Namun, ia merasa janggal. Dua hari setelah swab pertama yang dilakukan di Puskesmas Binanga, Kristina kembali melakukan swab mandiri yang kedua kalinya di Puskesmas Mamasa dan hasilnya negatif.
Meski tidak terbukti tidak terpapar Covid-19, Dispora Sulbar tetap mencabut hak Kristina menjadi Paskibraka mewakili Sulbar ke Istana Negara pada 17 Agustus 2021.
Baca juga: Lolos Seleksi Namun Tak Jadi ke Istana Wakili Sulbar, Kristina Tolak Jadi Paskibraka Provinsi
Sosoknya digantikan oleh nama Paskibraka dari luar yang namanya tidak ada dalam rentetan peringkat yang telah diseleksi Dispora sebelumnya.
Kristina pun memilih meninggalkan kamar kosnya di Kota Mamasa. Dia pulang kampung dan berkumpul bersama ayah dan ibunya di sebuah gubuk kecil.
“Saat ini saya hanya bisa berdoa semoga Tuhan tetap memberi saya yang terbaik. Dan suatu saat saya bisa meraih impian dan cita-cita saya untuk membanggakan kedua orangtua,” tutur Kristina, Jumat (13/8/2021).
Saat ditemui di kampung halamannya, Jumat (13/8/2021), Kristina tampak menghibur diiri dengan banyak melakukan rutinitas, termasuk sibuk membantu sang ibu memasak di dapur.
Sosok Kristina
Kristina merupakan gadis berprestasi yang tinggal di pelosok Kota Mamasa. Jarak tempuh antara kota Mamasa dan tempat tinggal Kristina yang berada di Kecamatan Bambang, tepatnya di Desa Salutabang, ditempuh selama empat jam perjalanan dengan kondisi jalan setapak, jalan terjal, dan berlubang.
Terlebih lagi, jika musim hujan seperti saat ini, kendaraan roda empat tak bisa melintas.
Kristina lahir dan besar di rumah berukuran 4x3 meter, Baru tahun ini Kristina mendapatkan bantuan renovasi rumah dari Kementerian PUPR dan masih dalam tahap penyelesaian.
Bungsu dari tiga bersaudara ini tinggal di Kota Mamasa selama sekolah dan ia mengontrak di sebuah kamar kos karena tak memungkinkan untuk bolak-balik setiap hari.
Ayah Kristina merupakan seorang buruh tani dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Baca juga: Cerita 2 Anggota Paskibraka Asal Sulbar Gagal ke Istana Negara karena Positif Covid-19