PAMEKASAN, KOMPAS.com - Ketua Satgas Penanganan Pasien Covid-19 Rumah Sakit Smart Pamekasan Syaiful Hidayat mengatakan, sebanyak 47 pasien Covid-19 meninggal di Pamekasan selama Juli.
Selain itu, kata Syaiful, lebih 90 pasien meninggal berdasarkan data tidak resmi.
"Data tidak resmi itu yakni, pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan sudah sekarat dengan ciri-ciri Covid-19," ujar Syaiful Hidayat saat dihubungi melalui telpon, Jumat (6/8/2021).
Dokter yang akrab disapa Yayak ini mengungkapkan, rekor kematian tertinggi pasien Covid-19 terjadi pada Juli.
Sementara, pasien yang meninggal dan tak tercatat dalam data resmi itu merupakan warga yang tidak menjalani perawatan di rumah sakit.
Mereka menjalani isolasi mandiri karena tidak kebagian ruangan isolasi atau kehendak sendiri.
"90 pasien itu tidak menjalani isolasi di rumah sakit. Jika semuanya positif, maka ada 137 pasien yang meninggal," ungkapnya.
Tingginya angka kematian itu karena masyarakat masih banyak yang belum percaya terhadap Covid-19.
Warga, kata Syaiful, menganggap pandemi konspirasi global. Sehingga, mereka abai menerapkan protokol kesehatan.
Bahkan, sebagian besar masyarakat menyebut warga yang mematuhi protokol kesehatan juga banyak yang meninggal.
"Asumsi mereka itu, Covid-19 rekayasa orang kesehatan untuk memperkaya dengan penjualan alat-alat dan obat-obatan. Bahkan, mereka beranggapan, dokter mau kaya dengan cara Covid-19," jelasnya.