KOMPAS.com - Sejak beberapa bulan terakhir, air salah satu kawah di Danau Tiga Warna Kelimutu yakni Tiwu Atambupu menyusut. Danau Kelimutu ada di Kabupaten Ende, NTT.
Untuk itu, Komunitas Adat Penyangga Danau Kelimutu yang terdiri dari 21 mosalaki atau tetua adat menggelar ritual Pati Ka di puncak pada Sabtu (31/7/2021).
Harapannya, dengan diselenggarakannya ritual Pati Ka, kondisi air di kawah Tiwu Atambupu kembali normal.
Baca juga: Air di Salah Satu Kawah Danau Kelimutu Menyusut, Masyarakat Gelar Ritual Adat
Pati Ka adalah ritual memberi makan dan minum kepada lelhur di Danau Kelimutu.
Selain meminta kepada leluhur agar air danau kembali normal, menurut Ketua Forum Komunitas Adat Kelimutu Yohanes Don Bosco Watu, ritual Pati Ka juga dilakukan agar Kabupaten Ende dijauhkan dari wabah penyakit.
Dikutip dari kemdikbud.go.id, ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata atau yang lebih di kenal dengan ritual Pati Ka di selenggarakan oleh Suku Lio.
Baca juga: Festival Kelimutu Bakal Digelar di Pertengahan Agustus dengan Mematuhi Prokes
Hal ini dilakukan karena Suku Lio mempercayai Danau Kelimutu adalah tempat peristirahatan terakhir jiwa-jiwa yang telah pergi.
Suku Lio percaya bahwa Danau Kelimutu adalah tempat peristirahatan terakhir kehidupan. Tempat semua jiwa kembali setelah perjalanan hidup berakhir.
Upacara ini dilakukan dengan cara menyajikan makanan khusus setelah panen kepada arwah leluhur yang konon menghuni tiga danau yakni Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Polo.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Ende Masih Tinggi, Penutupan Danau Kelimutu Diperpanjang 14 Hari
Ritual tersebut sebagai bentuk komunikasi dan penjagaan relasi dengan leluhur, alam semesta dan kekuatan Yang kuasa.
Masyarakat percaya bahwa jiwa atau arwah akan datang ke Danau Kelimutu setelah ia meninggal dan tinggal di kawah itu untuk selamanya.
Semua peserta ritual akan berjalan kaki diiringi musik tradisional I Lio Ende menuju puncak Kelimutu dan menempuh rute sejauh 700 meter.
Baca juga: Legenda Kelimutu, Danau Tiga Warna dan Cerita Konde Ratu serta Rakyatnya
Sedangkan kaum perempuan memakai kain sarung tenun ikat (Lawo) dan baju adat (Lambu).