Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 di Indonesia, Keluarga Pasien Menunggu Belasan Jam Menunggu Antrean Pemakaman (2)

Kompas.com - 12/07/2021, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Cerita tentang Covid-19 juga datang dari Kota Cimahi, Jawa Barat.

Feby Komaladewi mengungkapkan anggota keluarganya yang meninggal pada Minggu (27/6/2021) malam baru bisa dimakamkan keesokan harinya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lebak Saat.

Berjam-jam waktu tunggu itu, kata dia, karena ada belasan antrean jenazah yang harus dimakamkan, tapi petugas terbatas.

"Akhirnya sekitar jam 10 (pagi) barulah selesai gali lubang karena memang petugas di sana sudah kewalahan," cerita warga Kota Cimahi itu kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: Pemudik dari Cimahi Datang, Tulari Covid-19 ke Orangtua dan 24 Warga, Satu Kampung Di-Lockdown

"Meninggal itu setengah sembilan malam, bisa dimakamkan jam 10 pagi besoknya. Sampai 12 jam menunggu," imbuh Feby.

Sementara keluarga jenazah pasien Covid-19 lainnya, Rahman--bukan nama sebenarnya--mengaku harus merogoh kocek lebih dalam proses pemakaman di TPU Cikadut Kota Bandung.

Uang itu dikeluarkan mulanya hanya untuk perbedaan domisili dan sejumlah biaya lain seperti ongkos nisan, tim gali, juga tim pikul.

Tapi rupanya setelah di lahan pemakaman, antrean hari itu sudah mencapai 38. Jenazah keluarganya ada di urutan 40-an. Seseorang kemudian menawarkan jasa mempercepat antrean.

"Saya dijanjikan estimasi pemakaman jam 7 malam," kata dia.

Baca juga: Periksa Wali Kota Nonaktif Cimahi, KPK Usut Dugaan Pemerasan oleh Penyidik

Pemakaman Covid-19

Sumber gambar, Antara foto
Keterangan gambar,

Petugas pemakaman beristirahat usai memakamkan jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Selapajang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (2/7/2021).ANTARA FOTO Pemakaman Covid-19 Sumber gambar, Antara foto Keterangan gambar, Petugas pemakaman beristirahat usai memakamkan jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Selapajang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (2/7/2021).
Tanpa pikir panjang, Rahman menyanggupi. Yang ada di benaknya hanyalah keluarganya bisa segera dikuburkan. Ia pun lantas membayar Rp1,5 juta.

"Sampai jam 4an (sore) nggak ada kabar ... hampir setengah 6 saya ke lokasi lagi. Saya nanya jam berapa kira-kira dimakamin, terus katanya, supir backhoe-nya kabur," cerita Rahman.

"Saya teriak, Allahuakbar. Saya posisi sebagai keluarga sudah emosi dengan kondisi di lapangan," sambung dia lagi.

Jenazah keluarganya baru bisa dimakamkan sekitar pukul 11 malam. Itupun setelah Rahman kembali mengeluarkan duit Rp 7 juta untuk jasa percepatan.

Baca juga: Kondisi Terkini RSHS Bandung: Beberapa Item Obat Covid-19 Kritis, Actemra Habis, 200 Nakes Positif Corona

Ia membayar seseorang di lapangan yang disebutnya sebagai preman.

"Saya langsung nanya ke orang itu minta malam ini pemakaman beres, dia nanya ada duit berapa, saya nego yang tadinya Rp 12 juta jadi turun Rp 6,8 juta tambah uang rokok Rp 200 ribu, jadi Rp 7 juta," aku Rahman.

Merespons pengakuan tersebut, Kepala UPT Pemakaman Wilayah 3 Kota Bandung, Supena memastikan tak ada pungutan. Ia menegaskan jika hal tersebut terjadi di lapangan maka bisa dilaporkan.

Baca juga: Virus Corona Varian Delta Ditemukan di NTB

"Tidak ada biaya apapun, kalaupun ada pungli saya sudah berusaha bikin surat edaran, brosur ke ahli waris, secara lisan ataupun tulisan. Kalau misalkan ada pungli jangan ditanggapi," kata Supena kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Dia pun mengimbau warga yang merasa dipungut biaya tambahan untuk mengadu ke kantornya.

"Bawa datanya, bawa barang buktinya. Saya berkoordinasi dengan kepolisian, bilamana ada yang pungli orangnya tahu. Tinggal lapor ke kantor TPU dan kepolisian," tukas Supena.

"Petugas kami 24 jam, banyak petugas kami jadi korban, lebih dari 10 yang sakit baik pemikul, baik penggali. Tapi dia tidak memikirkan, hanya memfitnah tanpa barang bukti. Kalau ada barang bukti, sodorkan," kata dia lagi menegaskan.

Baca juga: Kantongi Surat Bebas Covid-19, Ada 103 Orang Positif Corona Setelah Tiba di Bandara Manado

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang di Mataram Tewas Diduga Ditusuk Mantan Suami di Kamar Kosnya

Pedagang di Mataram Tewas Diduga Ditusuk Mantan Suami di Kamar Kosnya

Regional
Pengurus Masjid Sheikh Zayed Solo Sempat Tolak Ratusan Paket Berbuka Terduga Penipuan Katering

Pengurus Masjid Sheikh Zayed Solo Sempat Tolak Ratusan Paket Berbuka Terduga Penipuan Katering

Regional
Mengenal Lebaran Mandura di Palu, Tradisi Unik untuk Mempererat Tali Persaudaraan

Mengenal Lebaran Mandura di Palu, Tradisi Unik untuk Mempererat Tali Persaudaraan

Regional
Pantai Pulisan di Sulawesi Utara: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Pantai Pulisan di Sulawesi Utara: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Ketua DPRD Kota Magelang Jawab Rumor soal Maju Pilkada 2024

Ketua DPRD Kota Magelang Jawab Rumor soal Maju Pilkada 2024

Regional
Order Fiktif Takjil Catut Nama Masjid Sheikh Zayed, Pengurus: Terduga Pelaku Ngakunya Sedekah

Order Fiktif Takjil Catut Nama Masjid Sheikh Zayed, Pengurus: Terduga Pelaku Ngakunya Sedekah

Regional
Gerombolan Bersenjata Tajam Kembali Berulah di Jalan Lingkar Salatiga

Gerombolan Bersenjata Tajam Kembali Berulah di Jalan Lingkar Salatiga

Regional
Elpiji 3 Kg di Semarang Mahal dan Langka, Pertamina Beri Penjelasan

Elpiji 3 Kg di Semarang Mahal dan Langka, Pertamina Beri Penjelasan

Regional
Suami Istri Jual Sabu-sabu di Riau

Suami Istri Jual Sabu-sabu di Riau

Regional
Katering Kirimkan 800 Porsi Buka Puasa Setiap Hari ke Masjid Sheikh Zayed Solo, Ternyata Diduga Korban Penipuan

Katering Kirimkan 800 Porsi Buka Puasa Setiap Hari ke Masjid Sheikh Zayed Solo, Ternyata Diduga Korban Penipuan

Regional
Hadiri Halalbihalal Pemprov Sumsel, Agus Fatoni: Silaturahmi Pererat Kesatuan dan Persatuan

Hadiri Halalbihalal Pemprov Sumsel, Agus Fatoni: Silaturahmi Pererat Kesatuan dan Persatuan

Regional
Ribuan Sampah Peraga Kampanye Menumpuk di Kantor Bawaslu Pangkalpinang

Ribuan Sampah Peraga Kampanye Menumpuk di Kantor Bawaslu Pangkalpinang

Regional
Polisi Tangkap Pria di Alor yang Bacok Temannya Usai Kabur 3 Hari

Polisi Tangkap Pria di Alor yang Bacok Temannya Usai Kabur 3 Hari

Regional
Seorang Pemuda di Rokan Hulu Bunuh Temannya gara-gara Buah Sawit

Seorang Pemuda di Rokan Hulu Bunuh Temannya gara-gara Buah Sawit

Regional
Dialog RI-China di Labuan Bajo NTT, Indonesia Usulkan Program Pelabuhan Karantina Kembar

Dialog RI-China di Labuan Bajo NTT, Indonesia Usulkan Program Pelabuhan Karantina Kembar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com