Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Di Pasar yang Ramai, Orang-orang Tak Pakai Masker, Mereka Bilang Virus Corona Tidak Ada"

Kompas.com - 09/06/2021, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Setelah Kota Kudus di Jawa Tengah, lonjakan tajam kasus Covid-19 kini terjadi di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Seluruh tempat tidur rumah sakit yang disediakan untuk pasien Covid-19 di kabupaten itu sekarang sudah terisi hampir 100%.

Pakar kesehatan masyarakat menduga jumlah kasus Covid-19 di Bangkalan sebenarnya jauh lebih besar ketimbang yang sudah tercatat. Jumlah tes yang minim disebutnya menyembunyikan banyak kasus di bawah permukaan.

Otoritas kesehatan di Jawa Timur mengklaim telah membatasi kegiatan warga tiga kecamatan di Bangkalan yang digolongkan zona merah. Namun apakah upaya ini cukup?

Baca juga: 161 Calon Penumpang di Pelabuhan Kamal Bangkalan Jalani Tes Antigen, 4 Orang Reaktif

Ginan, warga Bangkalan, mengaku telah mengurangi aktivitas di luar rumah sejak pandemi terjadi. Risiko dirinya tertular virus corona kini meningkat karena dua kampung di sebelah desanya tengah diguncang Covid-19.

Khawatir orang tuanya yang berusia lanjut terpapar Covid, Ginan berharap pemerintahan Bangkalan berupaya maksimal mengatasi penyakit ini.

"Sejak pandemi saya jarang keluar rumah. Kalau mau berkumpul dengan keluarga ya di rumah saja," ujarnya, Senin (7/6/2021).

Baca juga: Menkes Puji Kinerja Khofifah, Eri Cahyadi dan Bupati Bangkalan: Terima Kasih Sudah Kompak Tangani Covid-19

"Saya cemas karena daerah yang rawan berdekatan dengan desa saya. Orang tua dan nenek saya di rumah sudah lansia. Mereka juga sering batuk-batuk.

"Bupati sebagai pimpinan semestinya tegas, apa saja yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini," kata Ginan.

Tiga kecamatan di kabupaten yang berada di Pulau Madura itu, yaitu Arusbaya, Klampis, dan Bangkalan, dinyatakan sebagai zona merah kasus Covid-19.

Dua puskesmas dan satu rumah sakit umum milik daerah di tiga kecamatan itu ditutup dalam beberapa hari terakhir. Puluhan tenaga kesehatan di lembaga itu positif Covid.

Baca juga: Menyoal Ledakan Kasus Covid-19 di Bangkalan, Anggapan Kebal Corona hingga Kepulangan Buruh Migran Saat Lebaran

Warga memperlihatkan surat keterangan bebas Covid-19 kepada petugas di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Senin (07/06\).ANTARA FOTO Warga memperlihatkan surat keterangan bebas Covid-19 kepada petugas di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Senin (07/06\).
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Bangkalan, Agus Sugianto Zein, menyebut 87 dari 90 tempat tidur khusus pasien penyakit ini juga telah terisi.

Padahal, merujuk standar penanganan pandemi yang disusun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keterisian tempat tidur khusus ini semestinya tidak boleh lebih dari 60%.

Lonjakan kasus ini, menurut Agus, dipicu aktivitas silaturahmi tatap muka masyarakat saat libur Idul Fitri lalu dan arus kepulangan pekerja migran dari luar negeri.

Baca juga: Sempat Berjalan Sepekan, Sekolah Tatap Muka di Bangkalan Dihentikan akibat Lonjakan Kasus Covid-19

"Ada tradisi saling mengunjungi saat lebaran. Saat itu masyarakat mungkin sudah mengabaikan protokol kesehatan," kata Agus.

"Situasi itu ditambah kepulangan pekerja migran yang paling banyak ke Kecamatan Arusbaya. Jadi kami sekarang meminta kegiatan masyarakat di sana diperketat," ucapnya.

Kondisi faktual pandemi di Bangkalan diyakini lebih buruk oleh epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo.

Sejak awal pandemi, Windhu menyebut jumlah tes Covid-19 yang dilakukan terhadap warga Bangkalan dan tiga kabupaten lain di Pulau Madura tergolong rendah.

Baca juga: Kasus Covid-19 Bangkalan Naik, Bupati: Diduga Karena PMI Abaikan Prokes dan Tradisi Lebaran Ketupat

Pelaku perjalanan antre tes antigen saat turun kapal feri dari Sumenep di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Senin (07/06).ANTARA FOTO Pelaku perjalanan antre tes antigen saat turun kapal feri dari Sumenep di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Senin (07/06).
Angkanya, kata dia, lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional yang secara global termasuk yang terbawah di antara lebih dari 200 negara.

"Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep selama berbulan-bulan masuk zona kuning. Itu aneh karena kalau Anda datang ke Madura, Anda akan jarang bertemu orang memakai masker," ujar Windhu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com