Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busyro Muqoddas dan Tokoh Lain Pukul Kentongan di Yogyakarta, Minta TWK Dibatalkan

Kompas.com - 31/05/2021, 19:20 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kentongan biasanya diletakkan di pos ronda yang ada di RT maupun desa. Kentongan dulunya sebagai alat komunikasi warga jika terjadi pencurian, kebakaran, atau bencana alam.

Dalam memukul kentongan terdapat beberapa kode untuk komunikasi dengan seluruh warga.

Seperti kentongan diketuk 2-2-2 menandakan pencuri ada yang masuk di lingkungan warga. Lalu 3-3-3 kode kepada masyarakat untuk menangkap pencuri yang masuk.

Baca juga: Materi Dinilai Sensitif, Jokowi Diminta Batalkan Pemberlakuan TWK

Kentongan inilah yang digunakan oleh berbagai elemen masyarakat Yogyakarta, yang tergabung dalam Jogja Kompak.

Mereka menolak adanya Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk para penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (TWK).

Jogja Kompak ini terdiri dari Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM yang juga mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas, peneliti senior Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) FH UGM Zainal Arifin Mochtar, Anggota DPD RI Afnan Hadikusumo, Dekan Hukum UMY Trisno Raharjo, dan lain sebagainya.

Berlokasi di gedung DPD DIY mereka memukul kentongan sebagai tanda bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja karena penyidik kompeten di KPK mulai disingkirkan oleh pihak-pihak yang anti dalam pemberantasan korupsi.

Pernyataan sikap Jogja Kompak dibacakan oleh Zainal Arifin Mochtar atau akrab disapa Uceng yang menyuarakan agar hasil TWK dibatalkan.

"TWK adalah upaya pelanggaran HAM dengan menyingkirkan orang-orang berintegritas, progresif, mumpuni dan teruji di KPK. Oleh sebab itu TWK ini harus dibatalkan," katanya saat ditemui di lokasi, Senin (31/5/2021).

Baca juga: AHY: Jangan Sampai TWK Jadi Penentu Layak atau Tidak Seseorang di KPK

Selain menuntut untuk pembatalan TWK Jogja Kompak juga meminta para penyelenggara TWK ini untuk meminta maaf kepada publik.

"Para pihak yang menggelar TWK bagian dari konspirasi meminta maaf kepada publik," ujarnya.

Lanjut Uceng, pihaknya juga mendesak presiden agar mengembalikan nama baik 75 orang yang dikategorikan tidak memiliki wawasan kebangsaan.

"Presiden memerintahkan kepada ketua KPK agar mengembalikan nama baik 75 orang yang dianggap tidak memiliki wawasan kebangsaan. Bisa dibayangkan mereka dianggap liberal, dan dianggap tidak pancasilais," ujar dia.

Selain itu, Jogja Kompak juga meminta kepada presiden agar memerintahkan komisioner KPK agar tetap fokus pada pemberantasan korupsi.

"Selesaikan kasus yang sedang ditangani seperti kasus korupsi dana bansos, benur, suap KPU RI, dan kasus korupsi Mandala Krida Yogyakarta," ujar dia.

Menurutnya apabila gugatan tidak diindahkan maka kepercayaan publik pada pemerintah akan hilang. Serta indeks demokrasi Indonesia akan semakin menurun di mata dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Regional
Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com