Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Waluyo, Belasan Tahun Tinggal di Kompleks Pemakaman

Kompas.com - 28/05/2021, 07:34 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com –Lengang menggelayut di sebuah kompleks pemakaman pada Pedukuhan Karang Tengah Kidul, Kalurahan Margosari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berisik pohon bambu rimbun tertiup angin terdengar dominan.

Luas komplek makam ini hampir satu hektar. Warga menamainya sebagai Makam Karang Tengah. Ribuan nisan ada di sana, berimpitan. Ada nisan yang bertuliskan tahun 1881.

Hamparan makam terbuka tanpa rumput sehingga barisan nisan tampak jelas sejauh mata memandang.

Baca juga: Cerita Andrian, Bocah Penjual Tisu yang Bantu Buka Jalan Saat Ambulans Terjebak Macet: Kan Ada Orang Sakit

Namun demikian, kompleks makam tidak gersang karena masih ada beragam tumbuhan lain, utamanya pohon hias beragam jenis.

Ada pohon jenis andong merah atau hanjuang yang daunnya panjang dan berwarna merah. Ada pula barisan pohon daun puring hijau kuning dan kuning merah yang biasanya sebagai pelengkap hiasan rumah.

Pohon kamboja tentu tidak ketinggalan. Semenisasi baru tampak di sisi dalam pagar.

Waluyo (64) di Pedukuhan Karang Tengah Kidul, Kalurahan Margosari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Waluyo (64) di Pedukuhan Karang Tengah Kidul, Kalurahan Margosari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan tanpa rumput dan penataan tanaman, kompleks kubur itu jadi terasa bersih dan tidak gelap.

Suatu siang yang terik, kompleks kubur terasa terang. Tidak ada kesan kubur yang suram dan muram ketika siang maupun malam.

Di antara sejumlah makam itu tampak Waluyo (64) yang bertubuh tambun besar.

Baca juga: Makam Jenazah Pasien Covid-19 Minta Dipindahkan, Wali Kota: Beri Kami Kesempatan...

Ia sering kali mengenakan kaos tanpa lengan sehingga memperlihatkan tangannya yang kekar.

Siang itu, ia duduk bernaung di bawah atap rumah kuburan di tengah komplek pekuburan Karang Tengah.

Duduk sambil merokok. Waluyo memandang puas sekeliling komplek kubur karena bersih.

“Kalau kelihatan rumput saya semprot pakai pembunuh rumput yang botolnya kecil. Satu bulan ya bisa habis Rp 50.000. Penyemprotan di musim hujan bisa tiap 20 hari, kalau musim panas seperti ini bisa tiap satu setengah bulan,” kata Waluyo.

Waluyo asal Lampung. Ia datang tanpa identitas, tanpa rumah tinggal dan hidup sementara ini tanpa ditemani istri dan anak-anaknya.

Waluyo memilih tinggal di sebuah cungkup, istilah dari rumah kubur di pemakaman.

Konstruksi cungkup beragam, tapi memiliki bentuk bangunan serupa rumah dengan tiang, dinding dan atap. Tidak sedikit yang berdinding atau pagar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Faktor Ekonomi, 5 Smelter Timah yang Disita Kejagung akan Dibuka Kembali

Faktor Ekonomi, 5 Smelter Timah yang Disita Kejagung akan Dibuka Kembali

Regional
Soal Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Residivis Pembunuhan, Ada Bekas Luka Bakar

Soal Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Residivis Pembunuhan, Ada Bekas Luka Bakar

Regional
Pencarian Dokter RSUD Praya yang Hilang Saat Memancing di Laut Dihentikan

Pencarian Dokter RSUD Praya yang Hilang Saat Memancing di Laut Dihentikan

Regional
Dampak Banjir Demak, Ancaman Hama dan Produksi Kacang Hijau Bagi Petani

Dampak Banjir Demak, Ancaman Hama dan Produksi Kacang Hijau Bagi Petani

Regional
Direktur Perumda Air Minum Ende Nyatakan Siap Maju Pilkada 2024

Direktur Perumda Air Minum Ende Nyatakan Siap Maju Pilkada 2024

Regional
Awal Mula Temuan Kerangka Wanita di Wonogiri di Pekarangan Rumah Residivis Kasus Pembunuhan

Awal Mula Temuan Kerangka Wanita di Wonogiri di Pekarangan Rumah Residivis Kasus Pembunuhan

Regional
[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

Regional
Sindir Pemerintah, Warga 'Panen' Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Sindir Pemerintah, Warga "Panen" Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Regional
Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Regional
Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Regional
Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com