LAMPUNG, KOMPAS.com - Rumah berdinding warna putih itu tampak lengang dilihat dari luar.
Sayup terdengar lantunan ayat suci Al Quran dari dalam rumah yang berada di kompleks Pemuka, Kecamatan Rajabasa, tersebut.
Rumah itu adalah tempat tinggal Chandra Yunita, kakak pertama Komandan Kapal Selam KRI Nanggala 402, Letnan Kolonel (P) Heri Oktavian.
KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam (subsink) setelah sebelumnya melintasi Selat Bali.
"Nggak putus-putus kami mendoakan Heri. Baca (surah) Yasin setelah shalat," kata Chandra ditemui, Sabtu (24/4/2021) malam.
Baca juga: Sudah 2 Hari Warga Gelar Tahlilan di Rumah Awak KRI Nanggala-402
Kabar musibah yang menimpa adik bungsunya itu didapatkan dari Yanuar, anak ketiga dari empat bersaudara itu Kamis kemarin.
"Ya Allah, kami nggak nyangka," kata Chandra.
Chandra pun menjemput ibundanya yang tinggal di Kota Metro, Murhaleni (73) untuk pergi ke Surabaya terkait kabar kapal selam yang dikomandoi Heri itu telah dinyatakan tenggelam.
Sambil menunggu kabar keberangkatan ke Surabaya, Murhaleni tinggal di rumah Chandra.
Baca juga: Kenangan Manis Ibunda Komandan KRI Nanggala-402: Perjumpaan Terakhir, Diajak Heri Masuk Kapal Selam
Murhaleni menuturkan, komunikasi dengan anak bungsunya itu terjadi beberapa hari lalu. Saat itu, Murhaleni mengirimkan video melalui WhatsApp terkait pelarangan mudik.
"Waktu itu saya dapat video soal larangan mudik, jadi saya kirim ke Heri, supaya nggak mudik dulu (ke Lampung)," kata Murhaleni.
Istri purnawirawan Polri ini mengatakan, itu adalah komunikasi terakhir dengan Heri. Karena sebelumnya dia sudah tahu bahwa Heri akan berlayar.
"Sempat bilang mau berlayar, kami sudah tahu kalau (kapal) sudah menyelam, tidak bisa komunikasi," kata Murhaleni.
Murhaleni dan Chandra mengingat mereka pernah sempat diajak masuk ke KRI Nanggala-402.
Kesempatan itu terjadi usai Heri dilantik sebagai komandan kapal pada tahun 2020 lalu.