PALEMBANG, KOMPAS.com- Penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di Palembang, Sumatera Selatan yang berlangsung sejak 6-19 April 2021 belum efektif. Hal itu lantaran zona merah penyebaran Covid-19 menjadi meningkat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat, kota Palembang saat ini masih berstatus zona merah. Bahkan, 54 Kelurahan yang sebelumnya zona merah, kini berkembang lagi menjadi 62 Kelurahan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Palembang, Ratu Dewa mengatakan, upaya penekanan tracing, testing dan treatment (3T) masih terus dilakukan untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
Akan tetapi, dengan adanya peningkatan zona merah di keluarahan ia meminta seluruh posko PPKM lebih dioptimalkan lagi dalam menerapkan 3T.
”Saya meminta di setiap Kecamatan dan Kelurahan posko PPKM harus mulai optimalkan. Lalu koordinasi intensif lagi lagi. Kita minta bantuan dari bapak-bapak Banbinsa, Babinkhantimnas dan juga Camat untuk lebih proaktif lagi guna menekan penyebaran Covid-19,” kata Dewa, Rabu (21/4/2021).
Baca juga: Gubernur Riau: Pekanbaru Zona Merah Seluruhnya, Protokol Kesehatan Diperketat
Dewa menjelaskan, Posko yang ada di tingkat kelurahan menjadi ujung tombak dalam penerapan PPKM untuk menekanan angka kasus Covid-19 di Kota Palembang.
Namun, ia meminta tak hanya para Satgas yang mengingatkan pentingnya protokol kesehatan, melainkan masyarakat juga diminta untuk andil dalam menghadapi situasi pandemi sehingga tak terjadi lonjakan kasus.
"Semuanya harus terlibat dalam mengedukasi masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.
Baca juga: RS Siloam Palembang Buka Peluang Damai dengan Tersangka Penganiaya Perawat
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya Iche Andriyani Liberty mengungkapkan, PPKM Mikro di Sumsel tak berjalan optimal.
Dari empat indikator yang menjadi acuan, semuanya mengalami lonjakan kasus. Seperti halnya angka kesembuhan di Sumsel yang masih 89,19 persen atau di bawah angka nasional yang sebesar 90,8 persen.
Angka kematian yang masih tinggi yakni mencapai 4,80 persen, lebih tinggi dari nasional yang sebesar 2,7 persen.
"Angka kematian setelah PPKM malah lebih tinggi dibanding sebelum penerapan PPKM berbasis mikro,” ucap Iche.