KOMPAS.com- Minyak atsiri dari tanaman serai wangi diresmikan sebagai bahan konservasi untuk perawatan batuan Candi Borobudur.
Peresmian berlangsung di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (8/4/2021), diawali dengan penyemprotan minyak atsiri ke batuan candi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid.
Hilmar Farid menyampaikan minyak atsiri ini fungsinya untuk pelestarian, melindungi batuan dari lumut yang memang banyak tumbuh di Candi Borobudur.
"Ini salah satu inovasi penting dari Balai Konservasi Borobudur yang selama tiga tahun melakukan riset mengembangkan teknologi ini dan sekarang sudah cukup mantap, karena sudah diuji di batu lepas dan sekarang bisa diaplikasikan di batu candi," kata Hilmar di Candi Borobudur, Kamis.
Baca juga: Tinjau Penataan Kawasan Candi Borobudur, Ganjar: Progresnya Bagus
Dia menyampaikan penggunaan minyak minyak atsiri yang bersifat organik jauh lebih aman, ramah pada lingkungan.
"Kemudian dari segi harga lebih hemat, karena minyak atsiri ini tidak tumbuh di laboratorium, tetapi tumbuhnya di masyarakat. Jadi kalau misalnya harus keluar biaya untuk itu nanti yang merasakan masyarakat," katanya.
Menurut dia, hal tersebut merupakan investasi yang tepat bahkan masyarakat secara tidak langsung bisa menanam pohon serai wangi itu untuk menghasilkan minyak atsiri.
Pengolahannya juga bisa dilakukan masyarakat, dan pemerintah yang memanfaatkan.
"Saya memandangnya sebagai ekosistem perlindungan cagar budaya yang sangat efektif. Candi ini besar sekali dan kita punya banyak sekali candi di Indonesia dan semua punya problem kurang lebih serupa dan akan memerlukan teknologi ini juga," katanya.
Baca juga: Menko PMK Cari Tahu Kedudukan Candi Borobudur di Agama Buddha, Ini Hasilnya
Dia menuturkan Balai Konservasi Borobudur sudah memproses untuk mendapatkan hak paten, tetapi demi bangsa dan negara mereka menyerahkan haknya kepada negara untuk mengelolanya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.