Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Bus Curhat soal Ancaman Bangkrut dan Angkutan Ilegal akibat Larangan Mudik

Kompas.com - 05/04/2021, 16:24 WIB
Aam Aminullah,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

SUMEDANG, KOMPAS.com - Perusahaan Otobus (PO) Medal Sekarwangi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menyesalkan keputusan Kementerian Perhubungan yang melarang mudik Lebaran 2021.

General Manajer PT Medal Sekarwangi Rafika Adnur mengatakan, larangan mudik ini akan berdampak besar pada usaha jasa transportasi.

"Tentunya kami menyesalkan larang mudik ini, karena dampaknya sangat besar bagi usaha transportasi. Padahal juga, sebelumnya Kemenhub sempat memutuskan tidak melarang mudik pada Lebaran tahun ini," ujar Rafika kepada Kompas.com di Sumedang, Senin (5/4/2021).

Baca juga: Sebuah Bus di Jalan Tol Lampung Ketahuan Membawa 10 Kilogram Sabu

Rafika menuturkan, larangan mudik Lebaran ini tidak hanya merugikan pengusaha bus saja.

Tapi juga karyawan kantor dan awak bus akan sangat dirugikan dengan adanya kebijakan ini.

"Biasanya momen Lebaran itu menjadi andalan untuk menutupi kerugian dalam rentang bisnis satu tahun. Yang lebih kasihan itu, karyawan dan awak bus," tutur Rafika.

Apalagi, menurut Rafika, pada masa pandemi Covid-19 ini, karyawan hanya bekerja 15 hari per bulan dengan hanya setengah gaji.

"Dengan sistem ini pun perusahaan masih dalam posisi merugi dan sebenarnya sangat berharap dapat terganti oleh arus mudik. Eh ternyata dilarang lagi," sebut Rafika.

Baca juga: Mudik Dilarang, Pengusaha Bus: Kami Bisa Tidak Ber-Lebaran

Rafika menyebutkan, tidak menutup kemungkinan, perusahaan harus melakukan pemberhentian kerja dalam waktu dekat.

"Meskipun kami masih mengusahakan untuk tidak mengambil keputusan ini," ujar Rafika.

Selama ini, awak bus mendapat penghasilan dari sistem bagi hasil pada setiap kali beroperasi.

Maka ketika mudik dilarang, mereka tidak akan mendapat penghasilan sama sekali.

"Perusahaan masih memiliki aset untuk dijual, namun karyawan dan awak bus belum tentu memiliki aset atau tabungan. Apalagi yang masih muda," tutur Rafika.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com