BORONG, KOMPAS.com - Sekitar pukul 07.00 Wita, 17 siswa kelas VI Sekolah Dasar (SD) Katolik Lando Nanga berjalan kaki ke sebuah gunung untuk mencari sinyal internet demi simulasi ujian sekolah berstandar digital (USBD).
Gunung tersebut berjarak sekitar 500 meter dari sekolah yang terletak di Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mengenakan seragam pramuka, belasan siswa itu didampingi tujuh guru, termasuk kepala sekolah. Gunung Nusa adalah tujuan mereka, salah satu lokasi di wilayah itu yang bisa mendapat akses internet.
Mereka berjalan kaki di tengah hutan menuju gunung itu. Tiba di lokasi, mereka duduk berjejer sambil memegang ponsel, berharap sinyal internet singgah di gawai mereka.
Tepat di puncak gunung, ada batu besar yang biasa dipakai warga untuk duduk santai sembari mengotak-atik gawai karena sinyal internet stabil di sana.
Belasan ponsel yang dipakai para siswa tersebut bukan milik sendiri. Mereka meminjam ponsel dari orangtua dan warga sekitar sekolah, bahkan ada yang meminjam kepada guru.
Baca juga: PTM Tahap Pertama Dinilai Sukses, Seluruh TK-SMP di Kota Blitar Akan Gelar Belajar Tatap Muka
"Susahnya akses jaringan internet di sekolah membuat siswa dan para guru harus rela berjalan kaki demi mendapatkan sinyal ponsel di gunung," kata Kepala SDK Lando Nanga Sefni Nusrianto saat dihubungi lewat pesan Facebook, Jumat (26/3/2021).
Nursianto menjelaskan, para guru juga mencari jaringan internet di puncak gunung untuk menyusun soal ujian. Sebab, akses internet lebih gampang diakses di puncak gunug.
"Di tengah sulitnya mendapatkan jaringan internet di sekolah, mereka tetap berjuang keras walaupun dengan tantangan berjalan kaki mendaki gunung.
Nursianto berharap, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur bisa menyediakan fasilitas internet khusus bagi satuan pendidikan demi kelancaran proses pembelajaran online di pedalaman Manggarai Timur.
"Saya berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur melalui dinas terkait mengadakan infrastruktur akses internet khusus untuk setiap satuan pendidikan.” katanya.
Belasan siswa kelas VI didampingi para guru di SDK Lando Nanga berjuang sesuai regulasi yang dibuat pemerintah. Siswa itu memegang ponsel sambil mengikuti simulasi yang dibimbing para guru.