NUNUKAN, KOMPAS.com – Marten Losong memiliki mimpi bisa berobat murah dan tidak perlu menempuh perjalanan dengan risiko nyawa untuk pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Di Kecamatan Lumbis Hulu, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang merupakan perbatasan RI – Malaysia, hanya tersedia Puskesmas pembantu yang dikepalai seorang bidan.
Hal ini menjadikan keterbatasan kemampuan dan peralatan, manakala dijumpai warga yang sakit parah.
Baca juga: Mudik Tak Dilarang, DPD Minta Pemerintah Perketat Akses Pintu Masuk Perbatasan Wilayah
Sementara itu untuk merujuk ke Puskesmas atau rumah sakit, butuh biaya tidak murah dan memakan waktu tidak sebentar.
"Dari Lumbis Hulu ke kecamatan kota di Mansalong, itu butuh waktu enam sampai delapan jam pakai perahu ketinting dengan biaya sekitar Rp 8 juta. Kalau arus air deras, tentu saja risiko nyawa jadi taruhan," ujar Marten saat dihubungi, Senin (22/3/2021).
Mimpi tersebut sudah ada di benaknya selama puluhan tahun.
Sejak kecil, ia melihat banyak warganya harus merogoh kocek cukup dalam hanya untuk ongkos perjalanan.
Untuk biaya berobat, membayar jasa dokter dan menebus resep obat, tentu itu perkara lain lagi.
Baca juga: Hidup Bergantung dengan Barang dari Malaysia, Warga 3 Desa di Kaltara Tetap Ingin Jadi WNI
Mimpi tersebut seakan akan hampir ia raih. Saat ini, Lumbis Hulu sudah menjadi kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Lumbis Ogong pada 2019.
"Saya serahkan tanah saya yang ada di dekat kantor camat untuk Puskesmas, luasnya sekitar 30 meter dan panjang kurang lebih 100 meter," katanya.