MALANG, KOMPAS.com - Antre disuntik vaksin tidak menyurutkan guru untuk tetap mengajar.
Di sela antre, mereka tetap berusaha menunaikan kewajibnya, mengajar secara daring.
"Ayo ikuti Ibu Mala, aina sabburotun. Di mana papan tulis. Assabburotu amamal fasli, papan tulis ada di depan kelas," kata Mala Fimelyana Dewi (27), setengah berteriak sembari berdiri di area parkir kendaraan Rumah Sakit Persada Kota Malang, Jumat (19/3/2021) sekitar pukul 09.00 WIB.
Sambil mengucapkan itu, tatapan matanya fokus ke layar smartphone yang dipegang tepat di hadapan wajahnya.
Dari ponsel pintar tersebut, terdengar suara sejumlah anak kecil yang mengikuti ucapannya secara bersama-sama.
Baca juga: Adi Belajar Jadi Petugas PLN Gadungan di Penjara, Maling di Rumah Lansia Buat Beli Motor dan Mobil
Respons anak kecil itu membuat Mala semakin bersemangat. Sesekali dia tersenyum dengan tetap fokus pada layar ponsel yang dipegangnya.
Saat itu, Mala sedang mengajar secara daring melalui aplikasi Zoom.
Dia sedang mengajar siswa kelas 1 SD Islam Sabilillah Malang, tempat dirinya menjadi seorang guru bahasa Arab.
Tidak jauh darinya, berjarak sekitar 10 meter, Aminin Widiastutik (37) yang juga guru di SD Islam Sabilillah melakukan hal yang sama. Widiastutik sedang mengajar bahasa Jawa untuk siswa kelas 6.
Keduanya mengajar dari area rumah sakit karena mengantre untuk divaksin dosis yang kedua.
Kebetulan, saat keduanya harus mengajar, vaksinasi di Rumah Sakit Persada Kota Malang, antre.
Banyak guru dan wartawan yang antre menunggu giliran disuntik vaksin dosis yang kedua.
Bagi Mala, belajar adalah hak bagi siswa. Karenanya, sebagai seorang guru harus menjalankan tugasnya mendampingi siswa belajar.
Sehingga, dia tetap mengajar meski sedang antre untuk divaksin.
"Guru-guru harus benar-benar meyakinkan supaya pembelajaran tetap jalan," kata dia.
Tidak hanya itu, Mala juga berusaha untuk semangat dan selalu ceria dihadapan siswanya.
Menurutnya, semangat yang dihadirkan oleh guru akan menularkan semangat juga kepada para siswanya.
"Harus semangat, kalau tidak semangat mereka nanti ikutan lemas. Saya berkeyakinan kalau gurunya semangat pasti anaknya semangat. Apalagi, tidak bertemu langsung, hanya lewat kotak hp (layar ponsel)," katanya sambil tersenyum.
Mala mendapat antrian suntikan vaksin nomor 103.