NUNUKAN, KOMPAS.com – Masih banyak ditemukan guru honorer di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), belum mendapatkan upah layak.
Salah satunya guru honerer yang mengajar di Sekolah Dasar Negri 012 Krayan.
Kepala Sekolah SDN 012 Krayan Lewi Galung mengatakan, terdapat lima guru hanya digaji sebesar Rp 32.500 per bulan.
Menurut dia, besaran gaji guru honorer tergantung dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"Jadi mereka Umar Bakri di era milenial sebenarnya, mereka murni pengabdian dan paling hanya bisa berharap suatu saat diangkat menjadi PNS," ujar Lewi Galung saat dihubungi, Selasa (16/3/2021).
Baca juga: Cerita Guru Honorer di Jember Harus Berutang karena 3 Bulan Gaji Tak Dibayar, Diminta Tetap Bersabar
Lewi menuturkan, kelima guru honorer tersebut telah mengabdi sejak 2003.
Menurut dia, jika bukan murni pengabdian dan rasa peduli terhadap anak-anak di perbatasan, mereka sudah memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan.
"Wilayah Krayan yang merupakan perbatasan RI semua tahu, kebutuhan hidup tinggi dan sangat bergantung dengan Malaysia. Dengan gaji segitu kalau bukan karena peduli, tidak mungkin mereka bertahan sampai saat ini," ujarnya.
Beruntung para guru honorer di Krayan mayoritas juga berprofesi sebagai petani. Mereka menggantungkan hidup dari hasil pertanian.
Persoalan serupa juga diutarakan Kepala Sekolah SDN 004 Krayan Rinti.
Di sekolah yang ia pimpin terdapat tiga tenaga honorer dengan 1 orang sebagai guru.
Sekolah yang membina 12 siswa ini hanya bisa memberikan gaji kepada guru honorer bernama Mirina sebesar Rp 80.000 per bulan.
Dengan keadaan tersebut, pihak sekolah juga tidak mau terlalu banyak menuntut terhadap Mirina.
"Kita semua prihatin dan kasihan sekali sama ibu Mirina, beliau sudah hampir 15 tahun mengajar di sini. Tapi kan gaji mereka memang dari BOS. Paling sebagai empati dan sosial kami kadang sisihkan juga uang untuk beliau," tuturnya.
Baca juga: Guru Honorer Ini Dipecat gara-gara Unggah Gaji Rp 700.000 di Medsos
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Nunukan Junaedi melalui Kabid Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Ridwan tidak membantah saat ini adanya ratusan guru honorer khususnya di pedalaman bergaji tidak layak.