PASANGKAYU, KOMPAS.com – Untuk bisa berjuang menyambung hidup di tengah pandemi, Sulastri (80 tahun), warga Pasangkayu, Sulawesi Barat memilih mengumpulkan sisa brondolan sawit yang jatuh di kebun-kebun milik warga lainnya.
Ia rela berjalan kaki puluhan kilometer (km) demi mengumpulkan brondolan sawit menggunakan karung pupuk.
Selama ini ia hidup sebatangkara lantaran suaminya meninggal beberapa tahun lampau. Ia bekerja demi memenuhi kebutuhannya sendiri.
Jika sedang beruntung, ia bisa menukar brondolan sawit dengan uang Rp 30.000, yang kemudian dibelikannya kebutuhan dapur, terutama beras. Namun jika sedang apes, lansia ini hanya mendapatkan capek dan penat semata.
Sulastri memulai pencarian brondolan sawit sejak pukul 6.00 Wita. Malam harinya, ia mencari rute pencarian, agar beda dengan rute hari sebelumnya.
Saat mencari brondolan sawit, Nenek Sulastri rela berjalan kaki puluhan kilometer tanpa alas kaki.
Terkadang, teriknya matahari membakar tubuh lansia ini. Namun dengan menyandang karung dan keranjang plastik, ia tetap semangat menyambangi kebun demi kebun warga, berharap ada sisa brondolan sawit tercecer.
Baca juga: Tangis Haru Nenek Enung Korban Curanmor: Alhamdulillah, Saya Bahagia Motor Kembali...
Brondolan buah sawit tersebut ia kumpulkan dengan sabar dari kebun ke kebun hingga karung pupuk berkapasitas 50 kiloram yang disandangnya tersebut penuh.
Sisa biji sawit yang dukumpulkan itu lalu di jual ke pengepul. Jika beruntung Sulastri bisa mendapatkan upah Rp 20.000 hingga Rp 30.000 pada hari itu.
Jika nasib apes, terkadang Sulastri pulang ke rumah hingga malam hari, tanpa membawa hasil, atau hanya dan menemukan dan membawa pulang beberapa biji sawit yang jatuh.
“Saya biasa hanya berdoa, semoga saya tetap diberi kesehatan dan kekuatan agar esok hari saya tetap bisa bekerja mencari nafkah,” kata Nenek Sulastri, saat ditemui di salah satu kebun milik warga tempat ia memungut berondolan sawit.
Sulastri mengaku tak mendapatkan bantuan pemerintah selama pandemi. Namun ia tetap tak berkecil hati.
Baca juga: Ibu 3 Anak yang Curi Sawit untuk Beli Beras Minta Maaf, Dirut PTPN V Malah Tawari Pekerjaan