Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kampung Dapur 12 di Kota Batam, Dulu Jadi Pemasok Arang untuk Warga Singapura

Kompas.com - 21/02/2021, 09:10 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Tak banyak yang tahu jika di Kota Batam ada sebuah daerah yang memiliki nama unik yakni Kampung Dapur 12.

Kampung ini cukup jauh dari hiruk pikuk Kota Batam tepatnya berada di Kelurahan Sei Pelunggut, Kecamatan Sagulung, Kota Batam.

Dahulu kala, kampung tua ini memasok kebutuhan arang untuk memasak warga Singapura.

Kampung Tua Dapur 12 awalnya bernama Kampung Tanjung Atok Itam. Namun untuk mengenang sejarah, kampung tersebut diberi nama Kampung Tua Dapur 12.

Baca juga: Pemkot Batam Anggarkan Rp 35 Miliar untuk Bangun Kampung Tua

Pada masa lampau penduduk Batam yang disebut masyarakat Melayu mencukupi kebutuhannya dengan menangkap ikan. Selain itu mereka berdagang, mencari kayu, membuat tembikar, dan sebagainya.

Sementara orang Tionghoa yang dikenal dengan sebutan nama Cina Kebun sebagian besar adalah imigran dari dataran Tiongkok yang menetap di pedalaman hutan dan membuka perkebunan karet, gambir, hingga merica.

Sekitar tahun 1930-an, ada orang China yang membuka usaha dapur arang dan bekerja sama dengan orang Melayu yang mencari kayu bakau untuk pembuatan arang.

Dikutip dari Buku Mozaik Batam di Bumi Segantang Lada yang ditulis oleh H Mhd Alfan Suheiri dijelaskan jika hutan bakau yang tumbuh sumbur di sepanjang pesisir Batam menjadi berkah bagi penduduk temppatan.

Baca juga: Sempat Muncul Sayembara Berhadiah Rp 1 Juta untuk Temukan Pembantai Kucing di Batam, Kini Pelaku Ditangkap

Selain sebagai nelayan, sebagian penduduk menebangi hutan kayu bakau dan mengolah kayunya menjadi arang.

Kayu arang olahan penduduk Batam bernilai ekonomis tinggi dan sangat laku di Singapura. Akhirnya kayu arang tersebut menjadi salah satu komiditas yang dijual ke Singapura.

Penjualan arang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.  Oleh warga Singapura, arang digunakan untuk bahan bakan saat memasak.

Biasanya arang yang dibuat oleh warga Batam dibawa oleh toke arang dengan menggunakan kapal kayu. Bahkan sangking larisnya, dalam sehari toke arang bisa bolak-balik Batam-Singapura.

Baca juga: 32 Sekolah di Batam Lolos Verifikasi, Belajar Tatap Muka Segera Dilakukan

Saat ke Singapura mereka membawa arang dan ketika pulang ke Batam, mereka membawa sembako. Transaksi yang dilakukan kala itu dengan cara tukar barang atau barter.

Alfan Suheiri menulis pengiriman arang besar-besaran dari Batam ke Singapura terjadi pada tahun 1960-an. Saat itu kebutuhan arang cukup tinggi karena penduduk Singapura mulai ramai.

Biasanya arang diproduksi di lokasi pesisir Batam dan dapur arang yang digunakan adalah milik tauke yang akan mempekerjakan beberapa orang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com