KOMPAS.com - Santi Marisa (33), seorang ibu rumah tangga di Surabaya, nekat mendatangi rumah Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktino pekan lalu.
Kedatangan Santi untuk meminta bantuan sekolah anaknya karena ponsel yang biasanya digunakan untuk daring sudah digadaikan. Ia terpaksa menggadaikan satu-satunya barang berharga agar bisa makan.
"Saya awalnya ke Pak Baktiono. Kan itu dekat rumah saya di Jalan Rangkah. Saya bilang ke Pak Baktiono, saya mau minta bantuan buat anak sekolah daring. Soalnya HP saya enggak ada, tak gadaikan," kata Santi.
Setelah menemui Baktino, Santi diminta untuk menemui staf ahli Fraksi DPI-P di kantor DPRD Kota Surabaya.
Baca juga: Kisah Pilu Santi Marisa, Gadai Ponsel karena Tak Bisa Makan, Nekat ke Kantor DPRD Minta Bantuan
"Di sana saya dikasih makan dibantu juga nebus HP saya," ujar Santi.
Santi juga dijanjikan bantuan sejumlah buku untuk menunjang pendidikan anak Santi.
"Nanti masalah-masalah seperti buku, kalau kita enggak bisa beli juga bisa dibantu katanya. Jadi, anak saya ini masih belum tahu dapat bantuan mitra warga atau apa," kata dia.
Santi lalu mendapatkan uang Rp 400.000 untuk menebus ponselnya yang digadaikan di koperasi simpan pinjam.
Baca juga: Kisah Pilu Pariyem, Mengais Sisa Makanan di Tong Sampah karena Lapar
Ibu berusia 33 tahun itu memiliki dua anak NAA (5) dan kakaknya, CAA (8). NAA masih TK dan CAA sudah duduk di bangku SD.
Suami Santi adalah Ahmad Toha Muarif (35) seorang kuli bangunan dengan penghasilan tak menentu. Namun beberapa bulan terakhir, Toha tak bisa bekerja karena kecelakaan.
Kecelakaan berawal saat Toha melihat burung love bird di sekitar rumahnya. Ia pun memanjat ke atas rumah untuk menangkap burung tersebut.
Nahas. Toha justru tersengat listrik dan terjatuh dari atap rumah dan tersetrum. Kaki dan tangannya terbakar. Sementara kepalanya bocor.
"Selama tiga bulan ini (suami) enggak bekerja sama sekali," kata Santi, kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon, Kamis (18/2/2021).
Karena tak ada biaya untuk kebutuhan sehari-hari, ia pun menggadaikan ponsel yang biasa digunakan anaknya sekolah daring.
Baca juga: Kisah Pilu Kakek Darno yang Lumpuh dan Tunawicara, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot