Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prihatin dengan Kualitas Udara di Yogyakarta, Masyarakat Luncurkan "Jogja Lebih Bike"

Kompas.com - 19/02/2021, 06:00 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai elemen masyarakat Yogyakarta melakukan kolaborasi meluncurkan kampanye "Jogja Lebih Bike".

Gerakan tersebut terbentuk atas dasar kondisi udara Kota Pelajar yang semakin memprihatinkan.

Dr. Ir. Arif Wismadi MSc dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) menyampaikan transportasi darat menyumbang polusi di Yogyakarta hingga 60 persen.

Oleh sebab itu, pihaknya memberikan tiga pilihan kebijakan seperti mengurangi jumlah atau jarak perjalanan, inovasi teknologi dan efisiensi, dan perpindahan moda transportasi yang ramah lingkungan.

"Jogja Lebih Bike tentunya merupakan inisiatif yang sangat baik karena mendorong masyarakat melakukan perubahan pilihan moda transportasi yang minim emisi.” katanya dalam zoom Diskusi Media Gerakan Sepeda Kendali Kualitas Udara di Yogyakarta, Kamis (18/2/2021).

Baca juga: Warga Solo dan Penglaju Antusias Sambut Uji Coba KRL Solo-Yogya

Sebagai bagian dari kolaborasi dengan Jogja Lebih Bike, Pustral UGM saat ini tengah melaksanakan Studi Kelayakan Bersepeda (Bikeability Study).

Dalam mobilitas harian, 88 persen masyarakat Yogya masih sangat bergantung pada kendaraan bermotor, terutama sepeda motor dan hanya 2,6 persen warga yang telah bersepeda (Kompas Data, 2020).

"Inisiatif Jogja Lebih Bike hadir sebagai gerakan bersama masyarakat dalam menghidupkan kembali sepeda sebagai bagian dari aktivitas harian dan wujud kontribusi kolektif dalam menciptakan udara yang lebih bersih di Jogja," kata dia.

Kerja sama berbagai mitra mulai dari akademisi, lembaga swadaya masyarakat, hingga komunitas pesepeda melalui Jogja Lebih Bike dibangun untuk menggerakkan percakapan publik tentang pentingnya kualitas udara yang baik.

Selain itu, mendorong partisipasi warga dalam menciptakan udara bersih melalui kegiatan bersepeda.

Nurul Fatchiati, peneliti Litbang Kompas menyampaikan, dari 500 responden di Yogyakarta menunjukkan bahwa polusi udara ternyata termasuk dalam tiga isu terpenting bagi warga Jogja selain penanganan Covid-19 dan kriminalitas.

"Selain itu 62,5 persen masyarakat yang tinggal di kota Yogyakarta menilai kualitas udara di lingkungannya tidak baik namun memiliki optimisme bahwa kondisi kualitas udara dapat membaik dalam beberapa tahun ke depan”, ucap dia.

Selain itu, guna membantu masyarakat mendapatkan data secara real-time, Jogja Lebih Bike bekerja sama dengan sebuah startup Nafas, dengan jaringan sensor kualitas udara terbesar di Indonesia.

Lima sensor kualitas udara telah dipasang di berbagai titik polusi di Jogja yaitu di Gondolayu (Tugu), Sayidan, Umbulharjo, Jembatan Janti, dan di kampus UGM.

Baca juga: Warga Solo dan Penglaju Antusias Sambut Uji Coba KRL Solo-Yogya

Piotr Jakubowski, Co-founder dan Chief Growth Officer Nafas memaparkan data kualitas udara dapat diakses dengan mudah secara real time. Menurutnya data kualitas udara sangatlah penting, karena sebagai acuan untuk masyarakat beraktivitas.

"Data kualitas udara menjadi penting untuk dijadikan acuan bagi masyarakat dalam beraktivitas, terutama bagi kelompok sensitif, misalnya anak-anak, orang lanjut usia dan orang dengan penyakit pernapasan. Data real-time kualitas udara dapat diakses secara mudah dan gratis melalui aplikasi Nafas maupun website Jogja Lebih Bike," jelas dia.

Jogja Lebih Bike mengajak warga Yogya untuk mengisi komitmen bersepeda di website www.jogjalebihbike.id. Selain mengedukasi masyarakat tentang polusi udara melalui instagram dan berbagai kegiatan lainnya.

Jogja Lebih Bike didukung oleh Kompas Data, Kompas TV, Pustral UGM, Nafas, Srengenge, Sego Segawe Reborn dan lebih dari 24 komunitas pesepeda Jogja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com