Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/02/2021, 20:06 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS com - Setidaknya ada sebanyak 180 relawan yang bergabung dalam tahapan uji klinis fase II Vaksin Nusantara yang sedang dikembangkan tim peneliti di RSUP Kariadi Semarang.

Sebelumnya, uji klinis fase I Vaksin Nusantara dilakukan terhadap 27 relawan sudah selesai pada akhir Januari 2021

Setelah melewati persiapan beberapa bulan dan izin dari BPOM, vaksin buatan anak negeri ini mulai dikembangkan pada Desember dan selesai uji klinis fase I akhir Januari 2020.

Dosen dan peneliti Vaksin Nusantara, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK menyebut uji klinis fase I merupakan tahapan keamanan di mana dilakukan kepada sebanyak 27 relawan.

"Alhamdulillah dari 27 subyek, 20 keluhan ringan. Ada keluhan sistemik seperti pusing, demam, menggigil dan keluhan lokal seperti merah, nyeri, gatal pada tempat suntikan. Namun sudah membaik sendiri tanpa obat dan tidak perlu ke dokter. Sama kayak vaksin lain," katanya di RSUP dr. Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).

Baca juga: Anggota Komisi IX DPR Siap Jadi Relawan Uji Klinis Fase 2 Vaksin Nusantara

Ia mengungkapkan, efektivitas dari hasil pemeriksaan uji klinis fase I telah didapatkan peningkatan antibodi yang baik pada populasi minggu ke-4.

"Jadi sebenarnya melihat hasilnya Insya Allah kita optimistis ke depan akan berlanjut lagi menjadi fase II, fase III dan bisa diedarkan," ungkap Yetty.

Saat ini, kata dia, pengembangan vaksin telah memasuki uji klinis fase II yang merupakan tahapan keamanan dan efektivitas dan akan dilakukan kepada sebanyak 180 relawan.

"Fase II ini untuk menentukan keamanan plus efektivitas tapi belum terlalu detail, memang sudah bagus ada kenaikan antibodi, tapi yang penting aman dulu," katanya.

Selanjutnya, pada uji klinis fase III merupakan tahapan penentuan dosis dan akan dilakukan kepada 1.600 orang.

"Fase III adalah semua tahapan yakni keamanan, efektivitas dan pengaturan dosis. Jadi mana yang tepat nanti untuk dipasarkan karena pada saat fase I dan II dosisnya berbeda-beda. Dipilih mana yang paling efektif," ungkap Yetty.

Baca juga: Kemenkes: 18 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Akan Distribusikan untuk Vaksinasi Tahap Dua

Relawan vaksin yang terlibat berasal dari berbagai kalangan masyarakat kisaran umur 18-59 tahun dalam kondisi sehat dengan persyaratan dan screening yang ketat.

"Kriteria relawan yang disuntik benar-benar ketat dan bersih karena kita tidak mau ada bias. Misalnya sebelumnya sudah punya penyakit lalu kita suntik dan ternyata bergejala. Kemudian akan rancu menimbulkan kecurigaan ini karena vaksin atau penyakit sebelumnya," katanya.

Selain itu, kata dia seluruh biaya proses perekrutan dan screening relawan ditanggung oleh tim penelitian.

"Biaya screening memang mahal sekali semua relawan kita periksa full biayanya sekitar 5 juta satu orang. Tapi semua ditanggung oleh penelitian," lanjut Yetty.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com