KOMPAS.com - Semenjak mertuanya, Atmo Suwarno, meninggal dunia dalam usia 93 tahun pada 2017, Samiyem (58) menggantikannya menjadi juru kunci kompleks Pekuburan Tionghoa.
Permakaman tersebut berada di Pedukuhan Tegallembut, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menjelang hari Imlek atau hari Cheng Beng di awal April, Samiyem makin giat membersihkan makam-makam di sana.
Baca juga: Kisah Samiyem Penyapu Bong Cina, Tidak Menyerah Berapa Pun Rezeki Imlek yang Diterima
Hari-hari itu adalah waktu bagi keluarga untuk berziarah.
“Biasanya mereka datang langsung ke bong. Ketika saya lihat mereka datang, saya datangi mereka ke sana. Biasanya pihak keluarga ngomong ‘terima kasih sudah membersihkan'. Terus dikasih uang,” kata Samiyem.
Upah yang ia peroleh saat membersihkan satu makam tak menentu.
Ia pernah mendapat Rp 50.000. Namun, suatu kali sempat juga dia diberi Rp 5.000.
Berapa pun nominalnya, nenek empat cucu ini tak pernah mempermasalahkannya.
Baca juga: Gibran Bakal Jalankan Sejumlah Program Ini Saat Menjadi Wali Kota Solo
Dia mengaku bakal terus membersihkan bong dan menjaga kepercayaan pelanggannya.
“(Karena) sudah kenal, jadi tidak enak (hati bila menolak),” ujarnya.
Dari situlah tercipta hubungan baik di antara mereka.
Dia bahkan merasa senang ketika berjumpa lagi dengan beberapa ahli waris yang memercayakan dirinya untuk membersihkan makam keluarga mereka.
Hubungan kekeluargaan itu terjaga, tak hanya saat momen Tahun Baru Imlek.
Baca juga: Akhyar Nasution Jadi Wali Kota Medan Tak Sampai Seminggu, Gubernur Sumut: Sejarah akan Mencatat…