KOMPAS.com - Salah satu jajanan yang diburu saat perayaan Imlek adalah kue keranjang.
Salah satunya kue keranjang yang wajib dicoba saat imlek adalah kue keranjang Ong Eng Hwat yang ada di Semarang.
Usaha kue keranjang ini dirintis oleh Kwe Mio di Kampung Kentangan Tengah, Jagalan, Pecinan, Semarang sejak tahun 1947.
Saat ini kue yang juga dikenal dengan sebutan Nian Gao ini diproduksi oleh Ong Eng Hwat yang merupakan generasi ketiga pembuat kue keranjang.
Sampai hari ini, selama 74 tahun, produksi kue keranjang Ong Eng Hwat masih menggunakan tungku warisan leluhur dan kemasan daun pisang untuk menjaga cita rasanya.
Baca juga: Asimilasi Budaya dan Filosofi Imlek dalam Manisnya Kue Keranjang
Namun sejak 10 tahun terakhir, mereka menambah dua rasa yakni daun pandan dan kacang.
Sejak beberapa tahun terakir mereka membungkus kue keranjang menggunakan plastik agar lebih praktis.
Namun ternyata banyak pelanggan yang meminta agar kue keranjang dibungkus dengan daun pisang untuk menjaga cita rasa yang khas.
"Kue keranjang kita kemas pakai plastik tapi karena masih banyak juga konsumen yang meminta pakai daun pisang ya kita tetap gunakan, katanya rasanya beda,” ujarnya
Baca juga: Pertahankan Resep Turun-temurun, Kue Keranjang Dua Liong Tetap Produksi di Masa Pandemi
Awalnya beras ketan dicuci lalu giling agar menjadi tepung dan diayak agar lebuh halus. Setelah itu ditambahkan air, gula serta pemberian varian rasa.
Adonan kemudian dicetak dan dikukus selama 8 jam hingga matang lalu dikemas.
Indriati mengatakan jika kue keranjang yang ia buat tanpa pengawet. Walaupun demikian, jika disimpan dalam lemari pendingin, umur simpan kue keranjang bisa sampai satu tahun.
Selain dimakan langsung, biasanya kue keranjang digoreng dengan menggunakan telur atau dengan menambahkan taburan kelapa untuk memberikan rasa gurih.
Baca juga: Kue Keranjang: Sejarah dan Maknanya