Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plastik Kembali di Pulau Lombok, Olah Sampah Jadi Produk Seharga Jutaan Rupiah

Kompas.com - 08/02/2021, 10:10 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Masyarakat Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengambil langkah-langkah vital untuk menciptakan komunitas daur ulang sekaligus mencegah pantai mereka dicemari sampah plastik, seiring dengan peningkatan popularitas pulau tersebut.

Lombok telah digadang-gadang pemerintah Indonesia sebagai salah satu "Sepuluh Bali Baru". Putaran tahunan Kejuaraan Dunia MotoGP juga direncanakan untuk diselenggarakan di pulau itu melalui Proyek Mandalika berbiaya US$3 miliar.

Namun, meski bakal mendatangkan manfaat ekonomi, pembangunan infrastruktur dan kunjungan turis asing juga berpotensi membawa efek samping.

Baca juga: Volume Sampah di Banjarmasin Meningkat Dua Kali Lipat Pascabanjir

Menurut data pemerintah, Indonesia setiap tahun membuang limbah plastik sebanyak kurang lebih 85 juta kilogram ke lingkungan, sehingga negeri kepulauan ini dikenal sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

Statistik dari 2015 menunjukkan bahwa negara ini mendaur ulang hanya 7% dari total limbahnya.

Bagaimanapun, ada sejumlah kelompok di Lombok yang bertekad mendongkrak angka tersebut.

Pada Agustus 2019, organisasi non-pemerintah Invest Islands Foundation, yang berlokasi hanya beberapa menit berkendara dari Sirkut Jalan Raya Internasional Mandalika di Lombok Selatan, menawarkan pekerjaan dan penghasilan tetap bagi suatu komunitas beranggotakan 10 perempuan kurang mampu.

Baca juga: Jangan Membakar Sampah Daun yang Berguguran, Ini Sebabnya

Komunitas masyarakat di Pulau Lombok bahu-membahu mengumpulkan sampah plastik di pantai.Gary Meenaghan Komunitas masyarakat di Pulau Lombok bahu-membahu mengumpulkan sampah plastik di pantai.
Mereka diminta mengumpulkan sampah di pantai-pantai paling selatan sekitar Teluk Torok.

Selang 18 bulan kemudian dan setelah enam ton lebih limbah plastik dikumpulkan, yayasan itu kini tengah memasang mesin penghancur yang akan mengubah limbah tak terurai menjadi pernak-pernik, mainan, dompet, dan piring.

Dengan menjual barang-barang tersebut di toko-toko setempat maupun di kantornya di Lombok dan Perth, Australia, yayasan itu berharap menciptakan ekonomi yang berkesinambungan.

"Jumlah sampah yang berserakan di pantai-pantai Indonesia telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang mengerikan. Maka kami perlu bertindak di Lombok saat ini untuk menanganinya sebelum terlambat dan menghadapi situasi seperti di Bali," kata Masri Asril, Manajer Proyek yayasan kepada wartawan BBC News Indonesia.

Baca juga: Warga Pangkalpinang Mulai Resah, Sampah Menumpuk Imbas 40 Truk Sampah Berhenti Beroperasi

"Syukurnya, ada beberapa proyek di pulau itu yang tidak saja membantu membersihkan pantai setiap hari, namun juga ada penggunaan kembali plastik, membuat sekolah ramah lingkungan, serta menyelenggarakan kelas-kelas untuk membantu penyediaan bantuan, dan mendidik masyarakat akan pentingnya membuang sampah secara bertanggung jawab."

Invest Islands Foundation akan memasang alat penghalau sampah (trashboom) dalam beberapa pekan mendatang untuk membantu menanggulangi polusi saluran air sekaligus mencegah limbah di sungai sampai ke lautan.

Yayasan itu juga menempatkan lima bak sampah berskala besar untuk memudahkan pembuangan sampah di selatan pulau itu.

Baca juga: Sampah Menumpuk di Sejumlah Titik Kota Manado Setelah Banjir Surut

Sampah plastik dijadikan sejumlah karya yang bisa dijual.Gary Meenaghan Sampah plastik dijadikan sejumlah karya yang bisa dijual.
Asril mengatakan inspirasi atas inisiatif pengelolaan sampah banyak datang dari Aisyah Odist, seorang pegiat setempat yang bergerak di bidang konservasi dan konsumsi yang bijak bagi masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com