Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Zahra, Siswi SMP Jadi Kuli Bangunan demi Bantu Orangtua dan Adik-adiknya

Kompas.com - 05/02/2021, 17:59 WIB
Masriadi ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Zahra, pelajar kelas 3 SMP Negeri 5 Lhokseumawe, terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan di Kota Lhokseumawe.

Gadis bertubuh mungil itu terpaksa melupakan masa-masa indah sekolah layaknya pelajar kebanyakan.

Dia harus bekerja membantu kebutuhan hidup orangtua dan tiga saudaranya.

Langka, bagi seorang pekerja wanita menjadi kuli bangunan di Aceh. Zahra membuang rasa malu itu demi bisa melanjutkan hidup.

Dia menetap di gubuk reyot sementara di Desa Uteun Kot, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

Baca juga: Ini Motif Pria yang Bunuh dan Perkosa Siswi SMP di Karawang

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah ini. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat, klik di sini untuk donasi.

Rumahnya sendiri sedang dibangun hasil patungan guru sekolahnya di Desa Mee Kandang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

“Saya sering tidak masuk sekolah. Maka, saya bekerja, ikat besi bangunan rumah, dan lain sebagainya. Terpenting uang harian saya bisa bantu orangtua, sebagian buat sekolah saya dan dua adik. Abang saya sudah tamat SMA satu orang,” katanya.

Di gubuk itu tanpa penerangan listrik. Hidup dengan lampu teplok di kota yang dulu dijuluki petro dollar.

Cerita ini pun viral di media sosial. Rasa simpati dan empati membawa sejumlah orang turut membantu. Pihak sekolah membantu rehab rumah Zahra dengan biaya seadanya.

Lela, sang ibu menuturkan dirinya terus bekerja serabutan. Namun, apa hendak dikata. Rezeki tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya empat buah hatinya.

Ibu tunggal itu pun terus bertahan di gubuk sementara berukuran 3 x 2 meter itu. Satu ruangan itu dipakai untuk dapur sekaligus ruang tamu. Sangat tidak layak huni.

“Sampai sekarang kami belum terima bantuan pemerintah,” katanya.

Sehari-hari Lela menjadi buruh cuci pakaian. Mendatangi rumah ke rumah. Uang itu digunakan buat sekolah Zahra kelas 3 SMP, Sucila Iqomah kelas 1 SMP dan Wahyuda kelas 1 SD. Seorang putranya, Ilham Hidayat telah tamat SMA.

“Rumah yang dibangun dewan gurunya Zahra itu adalah tanah desa. Saya tak punya tanah sama sekali,” katanya.

Baca juga: Kronologi Siswi SMP Dibunuh dan Diperkosa di Parit Sawah, Korban dan Pelaku Sempat Ngopi-ngopi

Kini, kisah Zahra menjadi pemicu nurani. Agar kita terus berbagi untuk memuliakan sesama anak bangsa.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah ini. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat, klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com