Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Pekan PPKM, Wonogiri Masih Jadi Zona Merah Covid-19, Diduga akibat Banyak yang Nekat Mudik

Kompas.com - 31/01/2021, 09:20 WIB
Muhlis Al Alawi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.com-Meski sudah hampir tiga pekan menerapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), tapi Kabupaten Wonogiri masih berstatus zona merah Covid-19.

Kondisi itu terjadi lantaran masih banyaknya ditemukan perantau yang nekat mudik.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan dari total penambahan 171 kasus hari ini terdapat 166 orang berasal dari klaster perjalanan.

“Klaster perjalanan berupa perantau yang mudik, pelaku wisata ke luar Wonogiri hingga pentakziah,” kata Jekek sapaan akrab Joko Sutopo saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2021).

Baca juga: 89 Ibu Hamil di Wonogiri Tertular Covid-19, Bupati: Kondisi Bayi Sehat

Jekek mengungkapkan masih banyaknya perantau yang mudik ke kampung halaman lantaran keluarganya menggelar hajatan.

Padahal sejak liburan akhir 2020, Pemkab Wonogiri sudah melarang warga menggelar hajatan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.

Tragisnya saat pulang dari kota-kota besar, kata Jekek, para perantau rupanya dalam kondisi terinfeksi Covid-19 hingga akhirnya menularkan kepada keluarganya.

Fakta yang lain, banyak perantau yang pulang ke Wonogiri lalu berwisata ke kabupaten tetangga.

Pasalnya seluruh tempat wisata di bumi gaplek sejak akhir 2020 ditutup sampai saat ini.

Usai pulang dari berwisata di kabupaten tetangga, warga itu kemudian mengalami sakit dan akhirnya diketahui positif Covid-19.

Baca juga: Kelelahan Tangani Kasus Covid-19, 583 Nakes di Wonogiri Gagal Divaksin

Bisa jadi saat berwisata di kabupaten tetangga, warga itu berkontak dengan orang tanpa gejala yang ketemu di lokasi wisata.

“Jadi dari 171 penambahan kasus hari ini ada 166 orang yang riwayatnya melakukan perjalanan, wisata, takziah dan memiliki hajatan. Mobilisasi itu berasal dari kota-kota besar dimana perantau asal wonogiri pulang ke kampung. Begitu tiba di kampung halaman, banyak warga mencari alternatif wisata di kabupaten lain. Padahal sebaran OTG yang cukup luas dan tidak terdeteksi maka potensi terpapar sangat terbuka,” ungkap Jekek.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com