Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Retakan Tanah Bergerak Semakin Banyak di Kaki Gunung Beser, Warga Resah Menunggu Penyelidikan Badan Geologi

Kompas.com - 28/01/2021, 19:34 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mulai mengkaji bencana tanah bergerak di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung.

Pengkajian awal bencana geologi ini melibatkan Dinas Perindustrian dan Energi Sumber Daya Mineral (PESDM) Kabupaten Sukabumi. Pemeriksaan dan pengambilan data dilaksanakan Kamis (28/1/2021).

Tanah bergerak yang terjadi di kaki perbukitan Gunung Beser ini mulai dilaporkan warga, Minggu (13/12/2020). Dampak bencana yang salah satunya dipicu curah hujan tinggi mengakibatkan belasan rumah rusak.

"Hari ini kami melaksanakan pengkajian manual, sambil menunggu penyelidikan secara detail dari Badan Geologi," kata Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kabupaten Sukabumi Nanang Sudrajat kepada Kompas.com di sela-sela penyelidikan lapangan di Dusun Ciherang, Kamis.

Menurut dia langkah pengkajian manual yang menurunkan petugas dari Dinas PESDM dilaksanakan menyusul permohonan dari Pemerintah Desa (Pemdes) Cijangkar.

Baca juga: Korban Bencana Tanah Bergerak Kaki Gunung Beser: Kami Minta Kejelasan, Masih Bisa Ditinggali atau Tidak

Warga resah

 

Sebelumnya Pemdes Cijangkar ingin mengetahui kondisi tanah di lokasi bencana.

"Untuk menjaga kekhawatiran masyarakat Dusun Ciherang, karena semakin hari semakin ada retakan," ujar Nanang.

Dia menuturkan untuk hasil kajian yang akan dijadikan sebagai rujukan langkah berikutnya tetap menunggu penyelidikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) - Badan Geologi.

"Mudah-mudahan saja tim PVMBG bisa secepatnya ke Ciherang,"  tutur Nanang.

Baca juga: Melihat Kondisi Pengungsi Tanah Bergerak di Kaki Gunung Beser Sukabumi

Gerakan tanah terjadi di lereng

Kepala Seksi ESDM pada Dinas Perindustrian dan ESDM Kabupaten Sukabumi, Mukhsin Badrusalam menjelaskan gerakan tanah terjadi karena ada beberapa faktor, di antaranya curah hujan, tofografi , geologi dan tutupan lahan

"Sekarang hanya mengambil data lapangan, melihat langsung rekahan-rekahan," jelas Mukhsin selesai pengecekan lapangan di lokasi bencana tanah bergerak Dusun Ciherang.

"Hasil lapangan ini nanti akan dianalisa. Berikutnya baru akan dilaporkan ke BPBD," sambung dia.

Baca juga: Bencana Tanah Bergerak di Gunung Beser Sukabumi, Warga yang Khawatir Tinggalkan Rumah

Mukhsin menuturkan kalau dilihat dari topografi, gerakan tanah ini menempati lereng. Secara geologi, batu breksi dari formasi jampang yang sudah mengalami pelapukan yang sangat kuat

Air masuk ke tanah melalui rekahan, lalu air bertemu dengan batuan yang kuat. Keberadaan batu kuat ini sebagai medan gelincir sehingga terjadi gerakan tanah.

"Kami hanya sebatas kajian awal. Selanjutnya untuk kajian secara detail oleh Badan Geologi," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com