Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Kiriman Malaysia Rendam 8 Desa di Nunukan, Buaya Bermunculan

Kompas.com - 26/01/2021, 16:58 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Banjir kiriman dari Malaysia yang terjadi sejak awal 2021 masih merendam 8 desa di Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, masing- masing Desa Butas Bagu, Desa Labuk, Desa Pagar, Desa Tujung, Desa Manuk Bungkul, Desa Atap, Desa Lubakan, dan Desa Tagul.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan mencatatkan, sebanyak 948 rumah dengan 1.552 KK dan 5.682 jiwa, terdampak.

Pemkab Nunukan juga sudah mengeluarkan status tanggap darurat untuk mengatasi musibah ini.

Baca juga: 1.285 Sekolah Terdampak Banjir di Kalsel, 50 Rusak Parah

Kasubid Kedaruratan BPBD Nunukan Hasan mengatakan, sampai hari ini, kondisi air masih pasang surut di kecamatan Sembakung. Musim pancaroba yang terjadi, membuat banjir diperkirakan masih akan berlangsung lama.

‘’Ketinggian terendah air ada di 2,1 meter, air juga kadang surut kadang pasang lagi, saat ini sekitar 3,4 meter, turun dari kemarin yang 3,6 meter, prakiraan BMKG, hujan masih terjadi sampai di pertengahan Februari, jadi kemungkinan air naik masih bisa terjadi,’’ujar Hasan, dihubungi, Selasa (26/1/2021).

Banjir di perbatasan RI–Malaysia ini berasal dari Sungai Talangkai di Sepulut Sabah Malaysia yang mengalir ke Sungai Pampangon, Lagongon ke Pagalungan, lalu memasuki wilayah Indonesia melalui Labang, Sungai Pensiangan, dan Sungai Sembakung.

Kecamatan Sembakung berada di lokasi terendah dari 4 kecamatan langganan banjir lain, Kecamatan Lumbis Pansiangan, kecamatan Lumbis Ogong, kecamatan Lumbis, dan kecamatan Sembakung Atulai.

Saat kecamatan lain cepat surut, banjir di Kecamatan Sembakung justru bisa terjadi sebulan penuh, karena debit air seakan tertampung di kecamatan ini.

Buaya bermunculan di areal pemukiman

Seiring banjir Sembakung yang belum bisa diprediksi kapan bisa berakhir, persoalan lain muncul dengan banyaknya buaya yang terlihat berada di areal pemukiman penduduk.

Kepala Desa Atap Syahrial mengatakan, keberadaan buaya bukan hal aneh, karena masyarakat Sembakung sudah biasa berdampingan dengan predator air tersebut.

‘’Jangan bertanya berapa banyak, banyak sekali buaya di Sungai Sembakung, cuma mereka tidak mengganggu kami, kami bisa memegang mereka dan bebas berfoto bersama buaya, jadi hiburanlah istilahnya,’’kata Syahrial.

Syahrial tidak membantah ada sejumlah kasus penduduk diserang buaya muara, hanya saja, kata dia, peristiwa tersebut tidak terjadi di wilayah Sembakung.

‘’Tempat di luar Sembakung itu, mereka menyetrum cari ikannya, terkontaklah itu setrum sama buaya, dendam dia, jadi menyerang itu buaya, kalau masyarakat Sembakung ini, mencari ikan tidak merusak alam, pakai kail, pakai jala, jadi kami biasa saja jumpa buaya,’’katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com