Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unsoed Kembangkan Alat Deteksi Dini Pergerakan Tanah

Kompas.com - 22/01/2021, 09:14 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Dony Aprian

Tim Redaksi

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Tim mahasiswa jurusan Fisika Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, mengembangkan early warning system (EWS) pergerakan tanah sederhana.

Tim yang terdiri dari Tito Yudatama, Ariska Pratiwi, Agung Pamilu dan Wahyu Krisna Aji ini tergerak membuat alat tersebut karena sejumlah kabupaten di eks Karesidenan Banyumas merupakan wilayah rawan longsor.

Menariknya, alat yang dirancang oleh tim ini harganya sangat terjangkau dibanding EWS yang telah ada sebelumnya di mana harganya mencapai jutaan, bahkan hingga ratusan juta.

"Ini tentu tidak sebanding dengan banyaknya wilayah yang rentan pergerakan tanah," kata Ketua tim Tito Yudatama melalui keterangan tertulis yang dikutip Jumat (22/1/2021).

Baca juga: Pakai Bambu Kecil, Cara Warga Cilimus Deteksi Pergerakan Tanah di Rumahnya

Untuk itu, Tito dan rekan-rekannya berusaha membuat alat EWS sederhana yang biaya antara Rp 350.000 hingga Rp 400.000.

Harapannya, alat yang murah itu dapat dimanfaatkan banyak masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor.

Lantas bagimana cara kerja dan efektivitas alat ini?

Menurut Tito, EWS yang dirancang merupakan pengembangan dari alat yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Magelang.

Tim kemudian mengembangkan dari segi desain yang berfokus pada fungsi yaitu lebih tahan hujan, dibuat dual channel, dan baterai yang dapat diisi ulang.

Baca juga: Pergerakan Tanah Tak Biasa di Garut, 28 KK Terpaksa Mengungsi

Tito menjelaskan, prinsip kerja alat ini yaitu menggunakan pasak yang dipasang melintang di lokasi rekahan tanah dengan penghubung kawat baja yang tersambung dengan jack power dan swith.

"Apabila terjadi pergerakan tanah yang menjauhkan posisi pasak dari sumber alat, maka kawat baja akan mencabut jack power dari switch, sehingga akan menghidupkan sirine yang mendapat masukan energi dari baterai 9 volt sebagai tanda peringatan dini," ungkap Tito.

Menurut Tito, alat tersebut lebih cocok dipasang di lokasi rawan longsor yang berdekatan dengan permukiman warga.

"Alat ini cocok untuk skala yang kecil kurang lebih 100 meter dari lereng menuju permukiman. Kurang cocok skala besar yang jaraknya jauh dari permukiman karena terbatas menggunakan sirine kecil," jelas Tito.

Tito mengatakan, alat tersebut telah dipresentasikan di BPBD Kabupaten Magelang dan Wonosobo.

Rencananya, tim akan menggalang dana bersama komunitas sosial untuk memperbanyak alat tersebut. Selanjutnya alat akan dihibihkan ke BPBD Banyumas.

"Kami sedang mengajukan untuk kolaborasi dengan BPBD Banyumas, kalau disetujui kami akan menggalang dana lalu membuat bersama mitra dalam hal ini UKM Mahasiswa. Nanti kami serahkan ke BPBD untuk implementasi," ujar Tito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com