Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma di Jawa, Fenomena Tanah Bergerak Juga Terjadi di Aceh

Kompas.com - 14/01/2021, 17:45 WIB
Raja Umar,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Fenomena tanah bergerak ternyata tidak hanya terjadi di Pulau Jawa.

Fenomena serupa juga terjadi pada Senin (11/1/2021) di permukiman warga di Desa Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar.

Tanah bergerak mengakibatkan 14 unit rumah warga terancam ambruk, karena kondisi retakan tanah semakin meluas.

Baca juga: Dampak Tanah Bergerak di Kaki Gunung Baros Sukabumi, Ratusan Warga Diungsikan

"Fenomena tanah bergerak terjadi sejak tiga hari lalu. Sejak kemarin, retakan akibat pergerakan tanah semakin meluas," Kata Geuchik atau Kepala Desa Lamkleng Muhammad Fadil kepada Kompas.com, Kamis (14/1/2021).

Fadil menyebutkan, dari 14 unit rumah warganya yang terancam ambruk, 1 di antaranya mengalami retak pondasi dan pemiliknya harus mengungsi ke rumah tetangga.

"Tanah semakin hari bertambah dalam turunnya, sehingga statusnya dalam pengawasan dan sudah dipasang garis agar warga tidak beraktivitas di sekitar lokasi itu," kata dia.

Baca juga: Menteri PUPR Merasa Ngeri Lihat Perbukitan Jadi Perumahan di Sumedang

Dalam dua hari terakhir, lokasi ini ramai didatangi warga yang ingin melihat langsung fenomena tanah bergerak yang baru pertama kali terjadi.

Bahkan ahli geologi dari Unsyiah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat sudah turun ke lokasi untuk mengetahui penyebab dan dampak yang terjadi.

"Tim dari geologi dan BPBD sudah turun ke lokasi kemarin. Kami masih menunggu hasil dari mereka untuk melakukan tindakan apa yang harus kami lakukan," kata Fadil.

Baca juga: 2 Daerah di Aceh Jadi Prioritas Distribusi 27.880 Dosis Vaksin Covid-19

Sementara itu, Ilyas warga Desa Lamkleng menduga bahwa retakan tanah itu terjadi akibat maraknya aktivitas galian C pada masa lalu, di sepanjang sungai yang melintasi permukiman mereka.

Kondisi retakan semakin parah dalam beberapa hari terakhir ini.

"Bisa jadi tanah bergerak akibat aktivitas galian C dulu, karena posisi permukiman kami ini berada di perbukitan. Struktur di bawah pun karang, tapi sekarang seperti aktif peregerakan permukaan tanah," ujar Ilyas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com