Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Tanah Bergerak di Kaki Gunung Baros Sukabumi, 40 Rumah Rusak

Kompas.com - 12/01/2021, 06:41 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Bencana tanah bergerak kembali menerjang dua kampung di Dusun Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi, Jawa Barat.

Bencana geologi ini mulai diketahui masyarakat sejak Rabu (23/12/2020). Hingga Senin (11/1/2021) pergerakan tanah terus meluas dan mengakibatkan warga semakin khawatir.

Hingga saat ini, data sementara rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak mencapai 40 unit rumah.

Pantauan Kompas.com sejumlah bangunan rumah tembok mengalami retak-retak pada dinding dan lantainya.

Sedangkan pada rumah-rumah panggung mengakibatkan bergesernya batu pondasi (tatapakan).

Baca juga: Kisah Korban Tanah Bergerak di Ciamis, Tak Bisa Tidur dan Takut Saat Dengar Atap Rumah Berderit

Terjadi selama 2 pekan

Selain itu retakan memanjang dijumpai di tanah di sekitar permukiman dan lahan lerengan di perbukitan Gunung Baros.

"Sudah dua pekan yang lalu kelihatan hanya retakan kecil di dinding dapur,," ungkap Nur Hatimi (24) kepada Kompas.com saat ditemui di rumahmya di Kampung Balekambang, Senin.

Namun, lanjut dia, saat ini retakan itu ada di dinding kamar, ruang tengah dan lantai. Juga di pinggir rumah dekat ke jalan ada retakan.

"Retakan ini juga ada di rumah-rumah tetangga, dan tanah di perkampungan," ujar dia.

Baca juga: Ketakutan karena Tanah Bergerak di Ciamis, Warga Satu RT Mengungsi

Mengungsi

Warga lainnya di Kampung Suradita, Oneng (65) menuturkan rumah temboknya sudah tidak layak huni.

Makanya sudah mengungsi ke rumah saudaranya sekitar seminggu.

"Tembok-temboknya dan lantai sudah banyak retakan Takut ambruk makanya mengungsi," tutur dia.

Baca juga: Korban Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Menanti Upaya Pemerintah

Sementara Saepulloh yang rumahnya mengalami kerusakan di berbagai ruangan sudah mengemas pakaian, alat tidur dan lainnya.

Dia dan keluarganya berkeinginan mengungsi namun belum tahu kemana. Karena khawatir rumah permanennya terus rusak karena tanah bergerak.

"Inginnya pemerintah cepat menyediakan tempat pengungsian. Kami siap mengungsi," ujar Saepulloh.

Dia mengatakan rumahnya sudah retak-retak di dinding dan lantainya. Bahkan di kamar, lantai keramiknya sudah terangkat.

"Retakan pertama diketahui dua pekan lalu. Sekarang retakannya terus melebar dan dimana-mana," kata Saepulloh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com