Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Sebut Bandung Banjir akibat Kurangnya Daerah Resapan Air

Kompas.com - 25/12/2020, 18:01 WIB
Putra Prima Perdana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengomentari fenomena banjir di Kota Bandung, Jawa Barat yang tidak kunjung teratasi.

Dedi mengatakan, masalah utama banjir di Kota Bandung adalah di wilayah utara yang merupakan pegunungan.

"Bandung itu cekungan, sekelilingnya adalah gunung. Saya sudah dari dulu sarankan perbaiki tata kelola di Bandung Utara harus dievaluasi berbagai pembangunan. Properti di wilayah-wilayah tersebut, yang memiliki implikasi airnya turun ke bawah," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/12/2020).

Baca juga: Banjir di Kota Bandung, Wali Kota Oded Sebut karena Debit Air Terlalu Besar

Selain di wilayah utara, pemanfaatan ruang di wilayah Kota Bandung juga harus dievaluasi.

"Kedua, dievaluasi tata ruang Kota Bandung dengan tumbuhnya sektor ekonomi perdagangan dan jasa di Kota Bandung yang sudah menghabiskan seluruh ruang terbuka hijau untuk sawah dan ruang terbuka lainnya," jelasnya.

Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi saat memimpin rapat dengar pendapat dengan Gubernur Bangka Belitung terkait kerusakan lingkungan, di ruang rapat Komisi IV Gedung DPR, Jakarta, Kamis (3/12/2020).handout Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi saat memimpin rapat dengar pendapat dengan Gubernur Bangka Belitung terkait kerusakan lingkungan, di ruang rapat Komisi IV Gedung DPR, Jakarta, Kamis (3/12/2020).

Menurut Dedi, dengan kurangnya ruang terbuka hijau di Kota Bandung, serapan air juga tidak maksimal.

"Karena sudah betonisasi di berbagai tempat sehingga air mengalami kesulitan untuk dia kembali ke dalam tanah," bebernya.

Baca juga: Banjir Juga Landa Ujungberung Bandung, Tembok Sungai Roboh, 3 Bangunan Rusak

Kemudian, air yang mengalir melewati Kota Bandung juga tidak maksimal mengalir di sungai-sungai yang melewati Kota Bandung.

"Ketika kembali ke sungai Cikapundung dan Citarum, berproblem juga pada aliran sampah di Citarum dan Cikapundung. Ketika terlalu penuh dengan sampah, airnya tidak bisa mengalir dengan baik, malah balik lagi," bebernya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com