Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Anaknya Jadi Transpuan, Florensia: Mereka Anak Kandung Saya...

Kompas.com - 23/12/2020, 08:15 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, kelompok waria atau transpuan berorganisasi untuk mengubah pandangan negatif sebagian masyarakat tentang keberadaan mereka.

Melalui organisasi Fajar Sikka, mereka yang memiliki kenangan getir menjadi transpuan, saling menguatkan, berbaur bersama masyarakat untuk berkegiatan sosial.

Di antara anggotanya adalah tiga bersaudara dari satu keluarga yang menjadi transpuan.

Florensia Nona (73) bersenda gurau bersama teman-teman sebaya di bawah teduh pohon kersen, di pelataran rumah.

Baca juga: Harcuncung, Sosok Transpuan yang Kenalkan Busana Tidung hingga Ada di Uang Kertas Rp 75.000

Mulutnya tak berhenti mengunyah kapur sirih yang dicampur dengan buah pinang. Barisan giginya hitam pekat, tapi masih terlihat kokoh.

"Saya tiap hari masih berkebun, menanam kacang," katanya saat ditemui BBC News Indonesia di Desa Ipir, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (14/07).

Florensia Nona memiliki delapan anak. Tiga perempuan. Lima terlahir sebagai laki-laki, tapi tiga di antaranya, berubah menjadi perempuan seiring waktu.

"Mereka sampai besar, rambutnya panjang. Mereka datang ke dunia ini sebagai laki-laki. Tapi mereka duduk-duduk, dan lama-lama berjalan dengan gemulai," katanya.

Baca juga: Saat Transpuan Menjadi Pejabat Publik di Sikka, Bunda Mayora: Berkatilah Seluruh Kegiatanku

Florensia Nona ibu dari tiga anak yang menjadi transpuan dii Kabupaten Sikka, NTT.dok BBC Indonesia Florensia Nona ibu dari tiga anak yang menjadi transpuan dii Kabupaten Sikka, NTT.
Sejak kecil, ketiganya memang tak pandai bekerja seperti lazimnya laki-laki: berkebun. Tapi untuk pekerjaan rumah seperti memasak, mereka jagonya, kata Florensia.

"Saya punya anak tiga banci ini, Tuhan yang buat," kata Florensia sambil tersenyum.

Putra pertama Florensia yang menjadi transpuan adalah Ardianus yang kemudian akrab disapa Linda Ardian. Linda jarang pulang ke rumah saat remaja, karena selalu bertengkar dengan bapaknya.

Bapaknya tak suka Linda belajar mengikat tenun, karena dia mempercayai mitos yang berkembang di kampungnya bahwa lelaki yang menenun kain kelak akan jadi sasaran serangan babi hutan.

Baca juga: Mengenal Hendrika Mayora, Transpuan Pertama yang Jadi Pejabat Publik di Indonesia

"Bapak marah, jangan ikat tenun, nanti babi hutan gigit. Makanya si Linda ini pergi. Tapi mama tidak marah," kata Florensia.

Bukan hanya itu, bapak juga marah dengan Linda, karena membantu memasak di rumah.

"Bapak marah ini, sampai pukul. Sebab kamu ini laki, kenapa seperti perempuan. Si Linda ini bilang, bapak jangan marah. Kami masak ini kan untuk bapak," kenang Florensia.

Tapi, sejak bapak meninggal sembilan tahun lalu, segala urusan adat istiadat keluarga kini diwakili oleh Linda. Mulai dari urusan tanah, pernikahan hingga rapat pengambilan keputusan.

Baca juga: Pelatihan Keterampilan bagi Kelompok Transpuan, Upaya Memanusiakan Manusia

Florensia Nona bersama keluarga besarnya di pelataran rumah di Desa Ipir, Bola, Kabupaten Sikka, NTT.dok BBC Indonesia Florensia Nona bersama keluarga besarnya di pelataran rumah di Desa Ipir, Bola, Kabupaten Sikka, NTT.
"Hanya yang Linda, bisa omong soal urusan rumah adat. Sementara mereka yang dua (anak laki-laki) itu, belum bisa untuk urusan adat di rumah," kata Florensia.

Florensia juga bercerita, suaminya kerap membedakan perlakuan dua anak laki-laki lainnya dari tiga anak yang menjadi transpuan.

"Mereka tiga orang ini sudah jadi perempuan. Kamu dua orang ini harus isap rokok, minum arak," kata menirukan ucapan mendiang suaminya saat masih hidup.

Baca juga: Kenalan di Medsos, WN Irak Rampok dan Tusuk Waria di Jember

Tapi bagaimana pun, Florensia mengatakan, "Mama sayang, karena mereka anak kandung saya."

Anak kesayangan itu, Linda, saat ini bekerja sebagai penjaga kos-kosan di Kota Maumere.

Kenangan pahit masa kecil diperlakukan berbeda dari dua adik laki-laki yang kini sudah menikah, masih membekas dalam ingatannya.

"Jadi waktu itu, adik (laki-laki) saya dua orang tak pernah temanan (dengan) kita. Selalu dengan bapak, makan dengan bapak, isap rokok dengan bapak. Sedangkan kami tiga orang itu selalu dengan mama," kata Linda.

Baca juga: Rampok dan Tusuk Seorang Waria di Indekos, WN Irak Jadi Tersangka

Selain itu, Linda juga dididik dengan keras untuk menjadi laki-laki.

"Kadang saya dipukul, saya disiksa, kadang dikasih telanjang, kadang dikasih botak rambut, tapi saya terima saja, saya tetap lawan sama orangtua saya. Kalau mereka enggak mau, ya saya lawan, saya lari sembunyi," kata Linda dengan suara bergetar.

Sikap bapaknya sempat melunak, saat Linda mulai bekerja sebagai penjaga toko, dan membantu kehidupan keluarga.

"Jadi waktu itu bapak bilang, biar kamu jadi banci, tapi kamu tetap kasih saya uang untuk kita hidup di rumah. Jadi waktu saya kerja itu uang gaji saya itu selalu saya kasih ke bapak," kata Linda.

Baca juga: Cerita Pria Tak Sadar Nikahi Waria, Berawal Kenal di Medsos hingga Terungkap di Malam Pertama

Linda, putra pertama Florensia Nona yang memiliki jati diri sebagai transpuan.dok BBC Indonesia Linda, putra pertama Florensia Nona yang memiliki jati diri sebagai transpuan.
Hingga napas terakhir bapak, Linda tetap dengan pendirian menjadi seorang transpuan.

"Saya sudah memaafkan (bapak) waktu putus napas. Cuma bapak pesan, tak boleh mencuri, tidak boleh berbuat sembarang, berbuatlah baik kepada orang," kata Linda.

Linda merasakan menjadi seorang perempuan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia menaruh hati dengan laki-laki, teman sekelasnya.

"Jadi waktu itu, setelah berteman dengan dia. Saya sudah merasa, saya ini benar-benar perempuan," kata Linda.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com