KULON PROGO, KOMPAS.com – Lonceng berdentang tepat pukul 12.00 WIB di salah satu bukit terjal pada Pegunungan Menoreh yang masuk dalam Pedukuhan Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (19/12/2020).
Dentangnya yang bertalu itu terdengar oleh mereka yang ada di ladang dan hutan, maupun mereka yang ada di perbatasan pedukuhan.
Dentang itu datang dari sebuah kapel, istilah warga untuk gereja kecil, dengan nama Santo (ST) Lukas Kajoran. Kapel ini terletak di salah satu bukit terjal di bawah hutan jati, dan sekelilingnya pohon-pohon tinggi.
Lonceng itu tergantung di sudut kiri depan kapel. Lonceng memiliki diameter bawah sekitar 40 Cm. Bandulnya terikat tali yang tertambat pada tiang atap pelataran depan kapel.
Baca juga: Puncak Widosari Kulon Progo, Keindahan di Tengah Perbukitan Menoreh
Seorang lansia perempuan dengan rambut putih perak menarik tali itu sehingga bandul menghantam genta. Benturan bandul dan genta menggetarkan udara menghasilkan suara kencang.
Nenek itu memukul lonceng dua kali lantas diulang kembali sampai tiga kali. Suara genta jadi bertalu-talu.
“Saya membunyikan lonceng tiga kali sebagai peringatan bagi warga dusun bahwa ini jam sembahyang,” kata Toddea Wakiyah Wiryorejo (94), lansia yang memukulkan lonceng itu, Sabtu tengah hari. Semua percakapan itu berlangsung dalam bahasa Jawa.
Baca juga: Sri Sultan HB X: Ikuti Pusat, Keluar Masuk DIY Wajib Swab Antigen atau Tes PCR
Mbah Wiryo menceritakan, ia memukul genta setiap pukul 06.00, 12.00 dan 18.00. Suara lonceng merupakan ajakan untuk berdoa bagi umat Katolik di Kajoran.
Terdapat 47 kepala keluarga atau 157 umat Katolik pada lereng Kajoran tersebut. Di antara mereka bekerja di kebun, ladang maupun hutan.
Genta menjadi pengingat waktu untuk berdoa setiap waktu sekalipun berada di tengah kesibukan sepanjang hari.
“Sehari tiga kali dengan patokan jam, jam enam, jam 12 sing dan enam sore. Saat sore ketika sudah gelap. Tergantung terang atau sudah gelap,” kata Mbah Wiryo.
Baca juga: Kapal Bawa 40 Wisatawan Oleng Sebelum Tenggelam di Kampar, Turis yang Terdaftar hanya 21 Orang