Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suami Lawan Istri di Pilkades, Kampanye Dilakukan Bersama hingga Visi Misi Dibuatkan

Kompas.com - 19/12/2020, 11:43 WIB
Candra Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIAMIS, KOMPAS.com - Pemilihan kepala desa serentak dilakukan di sejumlah desa di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (19/12/2020).

Namun ada yang menarik di Pilkades Padamulya, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis.

Calon kepala desanya merupakan pasangan suami istri. Sang suami yang bernama Haerudin (50) harus melawan istrinya sendiri, Yuliani (41).

Pasangan ini berasal dari Dusun Ciawitali, Desa Padamulya. Pilkades Padamulya ini hanya diikuti dua calon, yakni pasutri tersebut.

Ditemui di kediamannya, Sabtu pagi, Haerudin mengatakan, ia pernah menjadi kepala Desa Padamulya tahun 2007-2013.

Baca juga: Pelaksanaan Pilkades 2020 Disarankan Ikuti Aturan Penerapan Protokol Kesehatan Saat Pilkada

 

Ketika masa jabatannya berakhir, ia sempat mencalonkan kembali untuk periode berikutnya, namun kalah.

"Kalah sama Pak Dede Ali," kata Haerudin, didampingi lawannya di pilkades yang juga istrinya sendiri, Yuliani.

Di Pilkades 2020 ini, Haerudin mengaku awalnya tak mau lagi mencalonkan diri. Namun hingga mendekati penutupan pendaftaran, tidak ada calon yang mendaftar.

"H-5 penutupan tidak ada yang mendaftar," katanya.

Saat itu, Haerudin sempat mendorong agar kepala desa petahana, sekretaris desa, bahkan tokoh warga dan pemuda untuk maju di pilkades. Namun tidak ada yang mendaftar juga.

"Saya tidak ambisius jadi kades. Saya malah tawarin dan mendorong warga lain supaya maju, tapi tidak ada yang daftar. Malah berbalik, warga malah dorong saya untuk maju," ucapnya.

Akhirnya, pada H-2 penutupan pendaftaran, Haerudin mendaftarkan diri untuk menjadi calon kepala desa. Ia pun melengkapi berkas persyaratan calon.

Persoalan lain muncul. Menurut Haerudin, peraturan daerah tidak memperbolehkan adanya calon tunggal.

Di menit-menit akhir penutupan pendaftaran, istri Haerudin, Yuliani ikut mendaftar sebagai calon kepala desa.

"Untuk menyelamatkan pesta demokrasi warga, istri saya mendaftar. Hanya lima menit sebelum penutupan," ujar Haerudin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com