Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kucing Merah Langka Pertama Kali Tertangkap Kamera di Hutan Kalimantan

Kompas.com - 16/12/2020, 06:55 WIB
Zakarias Demon Daton,
Khairina

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Bermula dari uji coba camera trap buatan Jepang.

Suatu ketika pada 2004, Rustam Fahmy mendapat kabar dari sebuah lembaga riset mamalia di Jepang.

Lembaga tersebut mengabarkan kepada Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda ini, akan ada uji coba camera trap.

Kamera jebak yang dilengkapi sensor gerak itu berfungsi menangkap semua objek yang bergerak di area cakupannya.

Baca juga: Sepasang Kucing Emas Langka Kini Siap Dilepas ke Hutan

Singkat cerita, kamera tersebut akhirnya diujicobakan di Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW), Balikpapan, Kalimantan Timur pada tahun sama.

Total ada 10 kamera yang dipasang di Hutan Lindung Sungai Wain dan Bukit Soeharto, Kutai Kertanegara.

Kamera itu dibiarkan merekam aktivitas hewan mamalia di dua kawasan tersebut selama lima tahun sejak 2014-2019.

“Saat itu target utamanya mamalia pada umumnya. Tidak fokus pada spesis tertentu saat uji coba camera trap itu,” ungkap Rustam kepada Kompas.com, Minggu (22/11/2020).

KOMPAS.com bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Balikpapan dan Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan melakukan liputan tentang keanekaragaman hayati di Kalimantan.

Dalam kurun waktu tersebut, Rustam dan kawan-kawan harus gonta-ganti baterai dan kapasitas film yang terbatas.

Kucing merah terekam

Memasuki tahun kedua pada 2016 satu camera trap berhasil menangkap pergerakan kucing merah.

Satwa endemik Kalimantan ini dengan nama ilmiah Catopuma badia.

Temuan itu untuk pertama kalinya di hutan Kaltim.

Sekaligus mengkonfirmasi bahwa satwa dengan famili Felidae marga Catopuma ini ternyata ada di Sungai Wain.

Belum banyak orang tahu tentang spesis kucing merah ini, bahkan masyarakat di sekitar Sungai Wain.

Para peneliti juga jarang meneliti spesies ini, karena itu informasi tentang kucing merah sangat minim.

Sejak 2002 spesies ini sudah ditetapkan sebagai satwa terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Dari 15.000 gambar atau foto yang ditangkap camera trap, hanya dua foto menangkap gerak kucing merah.

“Itu pun hanya satu individu. Usia saya tidak tahu, tapi jenis kelamin jantan,” terang Rustam.

Baca juga: Jadi Komoditas Ekspor, Bahan Baku Briket Arang di Jawa Tengah Mulai Langka

Satwa lain yang ditangkap camera trap dalam uji coba itu di antaranya orangutan, macan dahan, rusa, musang, dan lain-lain.

Sampai saat ini, kata Rustam, masih ada camera trap yang terpasang di hutan Sungai Wain untuk merekam satwa langka.


Paling langka 

Umumnya, kata Rustam, spesies kucing liar yang hidup di hutan Kalimantan ada lima macam.

Selain kucing merah, ada kucing tandang (Prionalurus planiceps), kucing batu (Pardofelis marmorata), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) dan macan dahan (Neofelis diari).

Karena erat kaitannya dengan satwa asli Kalimantan, sebagian daerah di Kaltim bahkan menjadikan satwa langkah ini sebagai ikon daerah.

Macan dahan misalnya, dijadikan ikon oleh Kabupaten Kutai Barat.

Jika berpergian ke Sendawar, ibu kota Kutai Barat, Anda akan menemukan patung macan dahan di sejumlah titik.

“Tapi dari semua spesies itu, kucing merah yang paling susah ditemukan," ungkap Rustam.

Kucing merah memiliki tubuh lebih besar dari kucing biasa atau kucing peliharaan dan jenis kucing liar lainnya.

Kucing merah hidup liar di hutan tropis Kalimantan dengan ketinggian rata-rata sekitar 800 meter.

“Warna bulunya merah bata,” beber Rustam.

Sejumlah literatur menyebut panjang kepala dan badan berkisar 49,5 sampai 67 sentimeter. Panjang ekor berkisar 30 sampai 40,3 sentimeter dengan berat usia dewasa berkisar 3–4 kilogram.

“Aktivitas kucing ini biasanya di malam hari. Ia mencari pakannya burung kecil, tikus hutan, dan hewan kecil lainnya,” terang Rustam.

Spesies kucing merah berbeda dengan kucing emas Catopuma temminckii asal Sumatera. Meski keduanya terlihat mirip sebab satu famili Felidae.

Kucing emas punya tubuh lebih besar dari kucing merah. Warna bulu emas kecokelatan, cokelat, hitam, merah rubah, dan abu-abu.

"Untuk habitat, kucing emas biasa tersebar di Asia Selatan sampai Sumatera. Tidak ditemukan di pulau Kalimantan. Kucing emas biasanya hidup di hutan savana dan lain-lain,” kata Rustam.

Hal itu berbeda dengan habibat kucing merah yang cenderung hidup di hutan tropis dataran tinggi.

Kucing merah juga sangat tergantung pada habibat hutan primer seperti Sungai Wain.

Rustam dan teman-temannya pernah memasang camera trap di hutan primer wilayah Kabupaten Mahakam Ulu, Kutai Barat dan Kutai Timur, namun nihil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com