Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Kerusuhan Demo Buruh Pabrik Nikel di Konawe, Tuntut Kenaikan Gaji hingga Bakar Bangunan

Kompas.com - 15/12/2020, 15:40 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Aksi para buruh di kawasan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), berujung ricuh.

Kerusuhan dipicu kekecewaan buruh karena tuntutan mereka untuk dijadikan karyawan dan kenaikan gaji tak digubris perusahaan.

Ratusan buruh yang tergabung dalam Serikat dan Perlindungan Tenaga Kerja (SPTK) Kabupaten Konawe, sempat terlibat keributan dengan petugas keamanan pabrik dan akhirnya berujung kerusuhan.

Baca juga: Menyampaikan Aspirasi dengan Demonstrasi Disangka Biang Kerusuhan

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Tuntutan tak dipenuhi

Para buruh mengaku kecewa atas sikap perusahaan yang tidak menanggapi tuntutan mereka soal kenaikan gajidan status pengangkatan karyawan.

Lalu, pada Senin malam massa memutuskan untuk bertahan di pabrik smelter asal China itu.

Menurut Ketua SPTK Konawe Kasman Hasbur, selama ini karyawan yang bekerja bertahun-tahun tidak diikat dengan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT).

Baca juga: Istri Histeris Saat Bertemu Mantan di Pernikahan, Suami: Saya Maklum, Dia Tak Sadar...

Bahkan, menurut dia, ada karyawan yang bekerja lebih dari 3 tahun statusnya belum menjadi pegawai tetap.

"Ketika ada yang bekerja dua sampai tiga tahun dicarikan masalah supaya keluar. Misalnya, ada yang sakit tapi keterangan sakitnya tidak dianggap, akhirnya dikeluarkan surat peringatan," kata Kasman dikonfirmasi lewat telepon, Senin (14/12/2020).

2. Nasib buruh terkatung-katung

Menurut Kasman, ada sekitar 3.000 buruh di pabrik VDNI yang nasibnya tak jelas.

Sebelumnya, aspirasi buuruh itu perndah disampaikan ke perusahaan pada 27 November 2020. Namun, hingga saat ini tak ada respon.

"Rencananya, kami akan terus berdemo selama tiga hari ke depan. Jika tuntutan kami belum dipenuhi kami akan melakukan mogok kerja sampai tuntutan dipenuhi," tegasnya.

Baca juga: Kisah 43 Peserta Ekspedisi Wisata Air Terjun Terjebak di Hutan Konawe Utara

3. Bentrok dengan satpam dan fasilitas pabrik dibakar

Sejumlah fasilitas milik perusahaan nikel di Konawe dibakar para buruh yang menuntut status dan kenaikan gaji. (Foto istimewa)KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI Sejumlah fasilitas milik perusahaan nikel di Konawe dibakar para buruh yang menuntut status dan kenaikan gaji. (Foto istimewa)
Massa buruh berhasil masuk ke dalam perusahaan setelah terlibat bentrok dengan petugas keamanan perusahaan.

Akibatnya, pos keamanan perusahaan hancur dilempar para buruh. Tak hanya itu, sejumlah dump truk, excavator dan puluhan motor serta bangunan juga ikut terbakar.

"Ada demo anarkis yang mengakibatkan terjadinya kebakaran untuk unit mobil dan pos jaga. Tapi untuk smelter saya belum dapat infonya," ungkap Kabid Humas Polda Sultra Kombes Pol Ferry Walintuka.

Baca juga: Pasca-kerusuhan, Situasi di Perusahaan Nikel PT VDNI Konawe Kondusif, Ratusan Polisi dan TNI Masih Siaga

4. Aparat dikerahkan

Aparat gabungan TNI-Polri segera dikerahkan untuk mengendalikan situasi di lokasi demo.

Setidaknya, 3 satuan setingkat kompi (SSK) dari Brimobda Sultra, Dalmas Polda dan Polres Konawe juga ada bantuan 1 SKK dari TNI AD Yonif 725/Woroagi, telah berjaga di lokasi.

"Dari semalam sudah kondusif tuh. Sekarang Pak Kapolda dan Pak Danrem ada di sana dengan Pak Bupati untuk memfasilitasi antara karyawan dengan manajemen VDNI, karena kemarin ribut tuh," ungkap Ferry dihubungi via telepon, Selasa (15/12/2020).

Terkait kondisi keamanan tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di VDNI dan OSS, Ferry mengatakan, tak ada korban jiwa atau cedera dari para TKA tersebut.

"Belum ada informasi soal adanya korban jiwa. Kami juga belum mendapatkan laporan perihal terjadinya gangguan terhadap TKA di sana," lanjut Ferry.

Baca juga: Demo Buruh Perusahaan Nikel PT VDNI di Konawe Rusuh, Sejumlah Fasilitas Dibakar

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com