Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Giawa Selamatkan Diri Saat Banjir Setinggi Hidung, Saksikan Putranya Terjatuh

Kompas.com - 08/12/2020, 14:33 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Namanya Akuijiduhu Giawa (37). Sejak pagi tadi, Selasa (8/12/2020) dia dan istrinya sibuk memilah dan memilih pakaian kotor di depan rumahnya di Blok I nomor 2 di perumahan De Flamboyan, Medan.

Pakaian yang menurutnya masih layak, dimasukkannya ke dalam ember besar yang airnya sudah coklat.

Kondisinya rumahnya tampak berserakan, mulai dari televisi, sepeda motor, kasus busa, meja dan kursi kotor oleh lumpur dan basah.

Satu dokumen penting bersampul warna merah marun, berhasil ditemukannya terendam banjir di dekat pagar rumahnya. Dia tak tahu apakah masih bisa digunakan atau tidak.

Dia tak akan pernah melupakan banjir yang menenggelamkan perumahan yang berada di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan pada Kamis malam hingga Jumat (4/12/2020) dini hari.

Baca juga: Cerita Korban Banjir Medan, Tak Sangka Bisa Lintasi Banjir Setinggi Dada, Padahal Gendong 2 Anak

Hidup dari nol lagi, tak ada yang tersisa dari banjir...

Sebagian besar harta bendanya di rumah itu kini rusak dan kemungkinan besar tak akan bisa digunakan lagi. Mulai dari 2 sepeda motor, televisi, kulkas, laptop, kamera, hp dan lain sebagainya.

"Hidup dimulai dari nol lagi sekarang, tak ada yang tersisa karena banjir ini," katanya.Akibat banjir itu pun, dia kehilangan banyak dokumen penting. KTP, kartu keluarga, dokumen sekolah anaknya kini tidak lengkap. Dia masih beruntung masih menemukan 1 berkas di map plastik yang berisi rapor sekolah anaknya yang kedua yang masih duduk di sekolah dasar.

"Hanya ini lah dokumen penting yang saya temukan di samping pagar rumah. Basah kuyup, entah masih bisa dipakai atau tidak ini," katanya sembari menunjukkan rapor bersampul merah marun dengan foto anaknya.

Baca juga: Cerita Satpam De Flamboyan, Tak Bisa Selamatkan Keluarga yang Terjebak Banjir 2 Meter

Rumah rusak, butuh bantuan untuk bersihkan lumpur

Dia berharap ada bantuan dari siapa saja. Baik untuk turut membersihkan rumah, membuang puing-puing kerusakan, hingga bagian-bagian rumah yang rusak parah. Lumpur di rumahnya, tebalnya hingga 20 - 30 cm.

Begitupun dalam hal menyambung hidup. Dia mengaku tak memiliki apa-apa lagi. Beberapa balpres pakaian bekas yang sedianya akan dijualnya tak mungkin lagi laku.

"Kerjaan saya jualan pakaian bekas, itu beberapa balpres kena banjir, tak bisa lagi dijual. Hanya bisa dipilih, dipilah mana yang bisa dipakai sendiri, hanya beberapa saja yang bisa. Itu yang di ember besar," ungkapnya.

Baca juga: Tinjau Lokasi Banjir Medan, Menteri PUPR Akan Tinggikan Tebing Sungai, Selesai dalam 3 Pekan

 

 

Bertahan di pengungsian

Rumah yang sudah ditempatinya lebih dari 3 tahun itu pun kini belum bisa ditinggali. Bukan hanya karena belum dibersihkan seluruhnya. Tapi juga karena listrik dan air belum hidup sejak kejadian.

Sementara ini, dia sekeluarga tinggal di posko di Balai Desa Tanjung Selamat yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dari perumahan.

"Kondisinya masih begini, tak mungkin tidur di sini. Tunggu sampai bersih semua lah. Semoga banjirnya hanya sekali saja terjadi. Jangan lah terjadi lagi," katanya.

Baca juga: Dua Lembaga Survei Sebut Bobby Lebih Dikenal Warga Medan daripada Akhyar

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com