Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Pensiunan Guru: Kalau Anda Sukses, Tolong Perhatikan Guru...

Kompas.com - 28/11/2020, 07:48 WIB
Markus Makur,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Belasius Latu (83), seorang pensiunan guru yang sudah 23 tahun di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur memberi pesan generasi muda saat ini, terutama ke para pimpinan daerah. 

"Kalau Anda pernah Sukses, tolong perhatikan gurunya, perhatikan guru-guru di daerah terpencil," katanya kepada Kompas.com di kediamannya di Kecamatan Borong, Rabu, (25/11/2020). 

Latu adalah guru angkatan pertama di wilayah Manggarai Timur. Kisah perjuangannya menjadi guru pertama di wilayah ini didokumentasikan oleh Komunitas Cenggo Inung Kopi Online (Online). 

Kompas.com berkesempatan mewawancarai tokoh guru daerah ini saat merayakan Hari Guru Nasional pada 25 November 2020 lalu. 

Walaupun sudah berusia senja, Latu masih bisa memberikan wejangan ke generasi penerusnya. 

Baca juga: Nestapa Hidup Guru Honorer di Perbatasan RI-Malaysia, Pernah Digaji Rp 1 Juta Setahun

Jadi pemimpin harus dekat dengan guru

Latu meminta seorang pemimpin daerah harus terus memberikan motivasi serta mengunjungi, mendampingi guru-guru yang mengabdi, mengajar dan mendidik anak-anak bangsa yang tersebar di daerah terpencil di wilayah itu.

Seorang pemimpin itu datang dari daerah terpencil dan itu sudah terbukti. Jadi peran guru sangat tinggi untuk melahirkan pemimpin bangsa, pemimpin daerah dan lain sebagainya.

"Seorang pemimpin harus dekat secara pribadi dengan guru. Mendukung. Mendorong. Memotivasi guru agar tetap mengabdi dengan tulus demi mencerdaskan anak bangsa. Bila perlu seorang pemimpin menyisihkan waktu untuk mengunjungi guru-guru secara pribadi," harapnya.

Baca juga: Kisah Oktavia dan 8 Guru Honorer di Pedalaman NTT, 6 Tahun Tak Digaji, Tiap Hari Menyusuri Hutan

Kisah guru wilayah terpencil zaman dulu

Latu mengisahkan, zaman dulu, guru berjalan kaki dari satu sekolah ke sekolah lain karena tak ada transportasi modern seperti oto. Menunggang kuda sebagai alat transportasi. Menimba air minum bersih dengan bantuan kuda.

Betul-betul serba kekurangan. Namun, prinsip sebagai guru untuk mencerdaskan anak bangsa di pelosok-pelosok dan melahirkan regenerasi guru serta pemimpin dengan mengajar tanpa pamrih dijalankan dengan tulus hati.

"Saya terpanggil menjadi guru karena orangtua saya juga seorang guru. Usia 19 tahun, saya sudah menjadi guru dari lulusan Sekolah Guru Atas (SGA) di Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai. Selanjutnya saya di tempat di wilayah Manggarai Timur (sebelum pemekaran) di SDK Gurung," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com