Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Belatung, Peternak Ayam Ini Tetap Bertahan meski Dihajar Pandemi

Kompas.com - 24/11/2020, 16:55 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Chandra (42) mengolah sampah organik seperti buah-buahan dan sayuran terbuang untuk dibawa ke peternakan ayam tempat dia bekerja.

Sampah itu kemudian dibuat seperti bubur lalu disimpan untuk difermentasikan selama satu hari. Setelah baunya seperti tape, lalu pakan organik itu diberikan untuk makanan maggot atau belatung.

Belatung itu ditaburkan ke bawah kandang untuk mengurai kotoran ayam dan meminimalisasi penyakit hewan.

Beberapa belatung yang sudah 15 hari dimasukkan ke mesin giling dan dijadikan adonan untuk dicampur dengan dedak dan jagung. Adonan itu digunakan untuk makanan ayam dan ikan.

Baca juga: Wabah Corona dan Ancaman Kebangkrutan Peternak Ayam di Indonesia

Makanan dari belatung ini selain memiliki protein yang bagus juga harganya murah untuk dijadikan makanan ternak.

Sudah dua tahun Chandra bekerja di peternakan ayam Tunas Organik Farm milik Azan Wahyudi (38). Chandra menjalankan ide Azan untuk menggunakan sampah organik.

Awal mula gunakan pakan organik

Tentu bukan tanpa sebab Azan menggunakan sampah organik sebagai sumber dari makanan ayam dan ikan di peternakan kecilnya.

Semua berawal antara 2017 dan 2018 saat awal-awal Azan memulai ternak ayam.

Awalnya, ada 400 ayam dan dia membeli pakan siap saji dari toko.

Namun hasilnya harga pakan lebih mahal tidak sebanding dengan hasil penjualan.

Lantas dia banyak berkonsultasi dan belajar secara otodidak di YouTube.

Dari situ dia melirik maggot bsf (black soldier fly) dan sampah organik. Berhari-hari dia belajar hingga menemukan formulanya seperti sekarang.

“Kelebihannya kita tidak tergantung pada pakan dari pabrik. Bisa hemat. Untuk ayam lahap makannya dan bebas bahan kimia karena kita menggunakan bahan organik semua. Ayam tanpa vaksin organik. Rasa dagingnya juga agak manis,” ungkap Azan saat ditemui Kompas.com di peternakannya bebera waktu lalu di bulan Oktober.

Warga Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, ini mengatakan, dirinya memiliki 800 ayam indukan.

Namun kini kemungkinan jumlahnya akan bertambah karena saat pandemi ini, penjualan ayam menurun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com