Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Ini Diguyur Hujan Es Selama 30 Menit, Diawali Awan Gelap dan Angin Kencang

Kompas.com - 23/11/2020, 11:37 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com-  Fenomena hujan es terjadi di Banjar Dinas Dadap Putih, Desa Tista, Busungbiu, Buleleng, Bali, Minggu (22/11/2020).

Fenomena ini sempat direkam oleh masyarakat kemudian videonya tersebar dan viral di media sosial.

Seperti yang diunggah oleh akun Instagram @denpasar.viral yang menyebut hujan es sebesar biji kopi.

"Hujan es sebesar biji kopi terjadi sekitar 15 menit di Dadap Putih," tulis akun tersebut.

Baca juga: Diklaim Pernah Terjadi 20 Tahun Lalu, Hujan Es Sebesar Kelereng Melanda Kacamatan di NTT Ini

Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu Gede Sumarjaya membenarkan fenomena tersebut.

Hujan es terjadi sekitar pukul 12.30 WITA dan berlangsung sekitr 30 menit.

Baca juga: Ini Daftar Lengkap Besaran UMK Jatim 2021

Sebelum hujan, di lokasi tersebut tampak mendung tebal disertai angin kencang.

Lalu turun hujan lebat yang disertai butiran es yang mengguyur sekitar lingkungan desa.

"Hujan disertai butiran es ini berlangsung kurang lebih sekitar 30 menit," katanya melalui pesan Whatsapp, Minggu malam.

Fenomena itu tak sampai menyebabkan korban jiwa atapun material.

Dua kali terjadi

Fenomena hujan es terjadi dua kali di Bali dalam sepekan terakhir.

Pertama, hujan es terjadi di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali pada Kamis (19/11/2020).

Kemudian hujan es kedua dilaporkan terjadi di Banjar Dinas Dadap Putih, Desa Tista, Busungbiu, Buleleng, Bali, Minggu (22/11/2020).

Prakirawan cuaca BMKG Wilayah III Denpasar Eka Putra mengatakan, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari fenomena hujan es ini.

Menurutnya, hujan es di Indonesia lumrah terjadi.

"Hujan es pada dasarnya untuk wilayah Indonesia secara umum bukan sesuatu yang luar biasa, hal tersebut lumrah terjadi," katanya saat dihubungi, Senin (23/11/2020) pagi.

Ia menjelaskan hujan es ini disebabkan oleh adanya awan kumulonimbus.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com