YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Warga lereng Gunung Merapi mendengar suara gemuruh setiap hari setelah gunung itu dinaikkan statusnya menjadi siaga (level III).
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan kejadian itu dikarenakan adanya tekanan dari dalam.
"Penjelasan ilmiahnya terkait dengan terdengarnya suara gemuruh adalah, pada saat ada tekanan magma ke permukaan maka ada guguran-guguran terjadi," kata Hanik saat dihubungi, Senin (16/11/2020).
Baca juga: 123 Pengungsi Merapi di Sleman Keluhkan Pusing dan Pegal Linu
Hanik menjelaskan, terjadinya tekanan magma ke permukaan membuat material-material yang berada di puncak Gunung Merapi menjadi tidak stabil sehingga terjatuh.
"Karena tidak stabil material tersebut ngglundung (terjatuh), sehingga membuat suara gemuruh tadi. Magma kan terus menuju ke permukaan, karena ada magma yang menuju permukaan material yang di atas jadi tidak stabil," ucap Hanik.
Dia menuturkan masyarakat setempat sudah mengerti dengan apa yang harus dilakukan dan bersikap ketika terdengar suara gemuruh dari Gunung Merapi.
"Sudah kita sosialisasikan kepada masyarakat, BPBD juga sudah bergerak. Jadi, saya kira semua sudah on the track," katanya.
Baca juga: Merapi Siaga, Pemkab Sleman Minta Warga Tak Buru-buru Jual Ternak
Hanik mengimbau kepada masyarakat untuk selalu mengikuti informasi dari BPPTKG.