Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Memilih Antar Jemput ABK karena Lebih Untung Dibanding Mencari Ikan

Kompas.com - 07/11/2020, 15:46 WIB
Hamzah Arfah,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Syamsudin, nelayan asal Kelurahan Lumpur, Kecamatan/Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memilih untuk menjadi pengantar anak buah kapal (ABK) dibanding harus mencari ikan.

Syamsudin lebih tertarik antar jemput ABK karena untungnya lebih menjanjikan dibanding menangkap ikan.

"Kalau sudah punya pelanggan, lebih enak (menguntungkan) antar jemput ABK. Hasilnya lebih besar dan pasti ketimbang cari ikan di laut," ujar Syamsudin saat ditemui di Balai Cilik Kelurahan Lumpur, Sabtu (7/11/2020).

Baca juga: Cerita Nelayan di Sikka, Penghasilan Menurun Saat Pandemi, Berutang untuk Menyambung Hidup

Syamsudin mengatakan, aktivitas antar-jemput ABK saat ini menjadi "primadona" bagi para nelayan di Kelurahan Lumpur dan sekitarnya.

Baca juga: Dulu Berakhir di Meja Makan, Kini Gabus Jadi Ikan Hias Seharga Rp 35 Juta

 

Selain hasil yang didapat lebih menjanjikan, tugas pun terbilang lebih mudah ketimbang harus mencari ikan di laut.

"Biasanya itu pelanggan yang telepon minta jemput saat kapal mereka sandar. Beratnya mungkin kita hanya butuh siaga saja, sewaktu mereka telepon ya kita harus siap antar-jemput," ucap Syamsudin.

Aktivitas ini dirasa lebih bisa menghemat pengeluaran bahan bakar dan tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga jika dibandingkan harus melaut.

"Untuk nelayan besar yang memiliki peralatan lengkap sih enak cari ikan, sebab hasil tangkapan bisa banyak. Sementara untuk nelayan kecil seperti kami, kalau sudah punya pelanggan tetap ya mending antar jemput ABK," kata Syamsudin.

Kendati tidak bisa dipastikan, Syamsudin coba merata-rata hasil yang dia dapatkan dari mencari ikan dan antar jemput ABK.

Dengan menjemput ABK dia bisa mendapat Rp 100.000-Rp 150.000 per hari. Sedangkan penghasilan menangkap ikan lebih kecil yaitu Rp 50.000- Rp 75.000 per hari.

Penuturan Syamsudin diamini oleh Suparno, rekan seprofesinya.

Aktivitas nelayan di sekitar Balai Cilik yang ada di Kelurahan Lumpur, Kecamatan/Kabupaten Gresik.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Aktivitas nelayan di sekitar Balai Cilik yang ada di Kelurahan Lumpur, Kecamatan/Kabupaten Gresik.

 

Suparno mengatakan, sampai hari ini dirinya memang masih melaut. Namun, aktivitas ini sudah dipastikan bakal ditunda jika mendapat tawaran untuk antar jemput ABK.

"Sambil tunggu kapal besar maupun tongkang mereka sandar, biasanya ABK itu telepon minta dijemput. Macam-macam, kadang ada yang ingin berbelanja, ada juga yang sekadar ingin jalan-jalan melihat Kota Gresik saja," tutur Suparno.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh para ABK disesuaikan dengan jarak lokasi kapal sandar (lokasi penjemputan).

Semakin jauh lokasi penjemputan, otomatis semakin mahal pula biaya sewa atau perjalanan yang harus dikeluarkan oleh para ABK.

"Biasanya itu dekat-dekat sini, tapi tergantung juga. Saya pernah dapat order jemput ABK yang kapalnya sandar di Karang Jamuang, kemarin itu saya bilang Rp 2 juta dan mereka mau. Semakin jauh jaraknya ya otomatis semakin mahal," ucap Suparno.

Rozak, salah seorang ABK mengaku sudah sering menggunakan jasa nelayan untuk antar jemput serta berkeliling Gresik.

Ia pun merasa terbantu dengan keberadaan para nelayan ini.

"Ini saya sama tiga orang teman, sengaja ingin jalan-jalan ke kota. Jalan-jalan daripada jenuh menunggu di kapal," kata Rozak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com